
Inisiatif membuat novel keroyokan ini datang dari Farah. Tahun 2007! Saat itu memang niatan awal adalah membuat buku format novel, satu cerita utuh dengan lima tokoh utama (sesuai jumlah penulis). Judul sementara saat itu: “999″. (Bukan cerita horor)
Jarak di antara kami berlima dan waktu yang harus disisihkan untuk menulis menjadi kendala utama bagi kami. Proyek mulia atas nama angkatan 99 Arsitektur UGM ini berjalan dengan progres sangat lambat. Hingga akhirnya sempat terkatung-katung.
Pada tahun 2010; setelah naskah yang ada diacak-acak oleh Farah sang komandan, karya itu beralih rupa menjadi kumpulan cerpen. Yang kemudian diikutkan di Lomba menulis novel 100% Roman Asli Indonesia oleh penerbit Gagas Media. Dengan judul “Mozaik Arsitektur“. (Sadly we lost).
Selama 2011, Farah berusaha menjalin dan menambal tulisan-tulisan yang tercecer di semerata harddisk. Kelar, dan Farah kirimkan ke salah satu penerbit besar di Indonesia.
Penerbit menerima naskah!
Banyak plot yang harus diubah. Dan dengan demikian hampir semua “naskah orisinil” bakal terhapus. Akhirnya Farah seorang saja yang melanjutkan perjuangan tokoh-tokoh “999″.
Begitulah awal pertemuan Rayyi dengan Haru, cewek asal Jepang yang sedang belajar di Indonesia selama dua semester. Bisa dikatakan, awal pertemuan itu kurang mengenakkan bagi Rayyi. Pasalnya, Haru adalah seseorang yang telah memenangkan festival yang menjadi harapan Rayyi.
Sayangnya, kenyataan seolah memilihkan jalan bagi Rayyi untuk selalu bertemu dengan Haru. Perlahan tapi pasti, pandangan Rayyi terhadap Haru pun mulai berubah. Entah apa yang membuat Haru begitu menarik di mata Rayyi, hingga membuat cowok itu jatuh cinta kepadanya.
Tidak hanya itu, kata-kata Haru jugalah yang membuat Rayyi mantap untuk mengambil jalan yang selama ini dia inginkan. Meski dengan begitu, perjuangannya harus mengorbankan banyak hal terutama yang berkaitan dengan sang ayah.
Haru dengan segala keceriaannya telah membuat Rayyi jatuh hati. Mendatangkan kebahagiaan meski hanya sesaat dan memberikan kehangatan di antara berjuta bunga sakura yang berguguran.
*****
Montase, sebuah novel karya Windry Ramadhia, mengajakmu untuk meresapi arti cinta dan kehilangan melalui potongan-potongan kenangan. Seperti halnya sebuah film pendek, tokoh lelaki di novel ini mencoba untuk bangkit dan menerima kenyataan yang dihadapkan kepadanya. Kisah cintanya begitu sederhana, namun begitu terasa dan mengharukan.
Tidak hanya itu, novel terbitan GagasMedia ini juga menyuguhkan indahnya sebuah persahabatan dan kuatnya keinginan untuk mewujudkan impian. Jalan penuh rintangan yang harus dilalui menjadi semangat tersendiri untuk meraih keberhasilan.
Menyenangkan, menyentuh perasaan, dan mempermainkan emosi.