
Terkadang, kita begitu haus akan cinta, tetapi ketika cinta benar-benar datang, tanpa sadar kita juga tak bisa lari dari nasib. #eaaa ƪ(˘⌣˘)┐ƪ(˘⌣˘)ʃ┌(˘⌣˘)ʃ
Itulah yang dialami Zhuo Xiang Bing sang jurnalis di sebuah majalah . Memburu berita hiburan justru dia terlibat cinta segitiga. Di satu sisi ada seorang lelaki yang telah mencintainya selama lima tahun, di sisi lain ada seorang lelaki yang telah berjanji akan mendampinginya seumur hidup. Timbangan dalam hatinya tak mampu menyeimbangkan mana yang harus dipilihnya. Ji Si Nan atau Tang Zeng Heng?!?
Maka walau demi dirimu aku harus menjadi musuh seluruh dunia, aku akan tetap memihakmu tanpa ragu, melawan seluruh dunia ini untukmu. (hlm. 481)
Dirinya adalah bukti terbaik dari dongeng yang rusak. Seumur hidup, dia adalah anak yang dibuang oleh kedua orangtuanya. Dari lahir hingga saat ini, dia belum pernah bertemu dengan ayah kandungnya. Dia bahkan tidak tahu siapa ayahnya, siapa namanya, wajahnya seperti apa. Panggilan ‘ayah’ yang penuh kehangatan itu baginya hanyalah gelembung ilusi yang ditiup anak-anak ketika bermain.
Setiap teringat pada masa lalu, Zhuo Xiang Bing akan berkata kepada diri sendiri dalam hati agar tersenyum –tersenyum cemerlang. Maka, dia sekuat tenaga menyunggingkan sudut mulutnya. Sebab, cuma senyuman yang bisa membuat orang percaya bahwa dirinya selalu hidup dalam kebahagiaan. Namun, sebenarnya itu hanyalah samaran yang rapuh. Sesungguhnya, dia lebih takut dari siapa pun sebab sekali menyentuh kepedihan masa lalu, kesedihan langsung membanjir seperti sungai kalau tidak dapat menahannya.
Masa lalu pahit yang dikubur dalam hati, semuanya akan terkelupas selapis demi selapis. Seperti mengupas sebuah bawang, penuh dengan bau pedih, mengupas sambil menangis di hadapan seluruh dunia. (hlm. 57)