
Memangnya cinta hanya bisa untuk satu? Tidak bisa dua, tiga, atau empat? (hlm. 30)
Kalau kita menjalin cinta, tetapi salah satunya sudah dicintai oleh orang lain, apakah itu baik menurutmu? (hlm. 168)
Aku hanya sementara untukmu. Jangan jatuh cinta padaku. (hlm. 24)
Membaca cerpen bagi sebagian orang memiliki keasyikan tersendiri. Begitu pula dengan saya. Lewat cerpen kita diajak menelusuri cerita lewat sepotong-sepotong kisah. Apalagi cerpen yang absurd. Seperti juga kumcer ini yang memiliki benang merah yang sama, semua kisah bernada sendu. Seperti yang direpresentasikan di ilustrasi-ilustrasi ciamik hasil goresan Lala Bohang. Di setiap pergantian cerita, kita akan disuguhi ilustrasi ‘awan mendung’ dengan berbagai sudut sesuai cerpen yang ditulis.
LUKISAN KALI DAN POHON TUA
“Kita tak boleh bertemu lagi.”
“Kenapa?”
“Aku harus kembali kepada suamiku.”
“Tapi kenapa? Bukankah kau bahagia bersamaku? Seperti aku juga bahagia bersamamu.”
“Tidak, bahagia saja tidak cukup. Ini tidak benar. Kau tahu itu sedari awal.”
“Apa yang lebih benar daripada kebahagiaan?” (hlm. 15)
CERMIN
Seiring waktu berjalan, Wono menjadi tergila-gila dengan wajahnya sendiri. Pagi, siang, sore, malam dihabiskannya untuk becermin. Kalaulah ia seorang perempuan, pasti ia akan langsung jatuh cinta kepada lelaki di cermin itu. Walaupun tanpa itu ia pun sudah mulai jatuh cinta kepada dirinya sendiri.
Yang tidak diketahui Wono, cermin tua peninggalan almarhum ayahnya itu ternyata dapat mengisap jiwa orang yang sedang becermin di depannya. Jika terlalu sering atau terlalu lama becermin, orang itu akan segera menjadi tua melebihi usia yang sebenarnya. Semenjak itu, Wono mengubur cermin tua tersebut dan tak pernah memakainya lagi. Tentu saja, setelah wajahnya berubah menjadi buruk akibat menghabiskan nyaris seluruh hari-harinya di depan cermin.
Kisah Wono yang sangat mengagumi dirinya sendiri mengingatkan akan kisah Narcissus yang terkenal dengan kenarsisannya.
MALAIKAT
Manusia sering memiliki masalah. Dan ada malaikat yang ditugaskan oleh Tuhan untuk membantu manusia. Begitulah, Tuhan bekerja dengan berbagai cara. Bisa langsung dari-Nya, bisa juga lewat malaikat-Nya. Nah, salah satu cara malaikat membantu manusia adalah dengan mengubah wujud menjadi manusia dan langsung memberikan pertolongan kepada manusia yang sedang tertimpa masalah.
“Berarti Bu Guru juga malaikat, ya? Bu Guru sudah menolong Lou. Waktu di rumah sakit, Lou cuma ingin dengar cerita tentang malaikat. Tapi Bu Guru enggak datang ke rumah sakit. Jadi Lou cuma bisa bikin gambar malaikat. Lou sembuh karena ngebayangin malaikat terus. Itu semua karena Bu Guru.” (hlm. 107)
SURAT UNTUK FA
Kaulah yang memiliki kuasa atas dirimu sendiri. Jalan yang kau lihat akan selalu gelap kalau kau memandangnya demikian. Aku percaya di dalam hatimu masih ada matahari kecil yang kau tutupi. Bukalah sejenak. Dan kau akan menyadari betapa indahnya pelangi yang selama ini kau hindari. Perasaanmu itu. (hlm. 113)
SEMALAM DENGAN DIANA KRALL
Aku tidak bisa mengatakan itu. Jatuh cinta pada pandangan pertama? Semua orang mengatakan itu hal yang klasik dan klise. Sekaligus tidak masuk akal dan kekanak-kanakan. Tetapi apa yang masuk akal mengenai cinta? Aku jatuh cinta kepadamu dan kau tidak pernah tahu. (hlm. 135)
THE BEAUTIFUL STRANGER
Saya selalu emosi tiap kali dipaksa mengenang masa lalu. Apalagi masa lalu yang tidak layak dimasukkan ke dalam curriculum vitae. Masa lalu yang ingin kita cut dan paste ke dunia pararel, agar tidak menjadi bagian sejarah diri kita. Masa lalu yang kita benci. Masa lalu yang ingin kita ubah, namun tidak bisa. Dan bagi saya, itu adalah masa lalu bersama mantan kekasih saya. (hlm. 151)
Saya menjatuhkan pilihan favorit pada cerpen yang berjudul BEBERAPA ADEGAN YANG TERSEMBUNYI DI PAGI HARI. Kisah tepian daun, setitik embun, sebuah pagi, dan angin dalam cerpen ini memang kisah paling absurd. Tapi saya justru suka kisah-kisah seperti ini.
Kepada embun; sebagai tepian daun, tak ada yang bisa kuperbuat selain menjaga dan memperhatikanmu. Jika kau ingin jatuh, jatuhlah perlahan. (tepian daun)
Kepada daun; sebagai setitik embun, tak ada yang bisa kuberikan selain sejuk tubuh rapuhku. Aku akan segera mati, cintailah embun yang lain. (setitik embun)
Sebagai pagi, aku sudah terlalu tua untuk menyaksikan kisah cinta seperti ini, angin hanya menggigilkanku. Tak lagi sekali pun membawa kabar. (sebuah pagi)
Sebagai angin, tak ada lagi yang membuatku gembira selain berkelana dari satu pagi ke pagi lain, singgah sebentar dan berangkat pagi. (angin)
Banyak kalimat favorit yang bertebaran dalam kumcer ini:
- Seorang yang jatuh cinta adalah peneliti yang mahir, bukan? (hlm. 22)
- Orang yang sedang jatuh cinta punya rasa penasaran yang bahkan membunuh seekor harimau bengali. (hlm. 22)
- Banyak hal indah memang hanya berlangsung untuk sementara. (hlm. 26)
- Yang tua selalu mau permintaannya dituruti dan tidak pernah menerima jika dibantah, meski mereka tahu sebenarnya mereka salah. (hlm. 29)
- Memangnya cinta harus selalu menanti? (hlm. 31)
- Sekali-kali kau harus menikmati hidup. (hlm. 41)
- Kau tidak bisa menikmati hidup jika terus lari dari masalah. (hlm. 42)
- Sabar itu ujian dari Tuhan, dan berlangsung selamanya. (hlm. 49)
- Kita harus menanggung cinta kita sendiri. (hlm. 52)
- Hanya perlu sepasang mata untuk membuat seserorang jatuh cinta semakin jauh, semakin dalam. (hlm. 52)
- Apa yang lebih buruk daripada seorang sahabat yang merebut kekasihmu? (hlm. 126)
- Mencintai dan dicintai kan hak setiap manusia. Selama mereka berbahagia, seharusnya semua baik-baik saja. (hlm. 168)
MILANA. Cerpen penutup di kumcer yang terdiri dari lima belas cerpen ini mengingatkan akan cerpen yang pernah saya tulis. Tentang menunggu seseorang yang tidak akan mungkin datang. Jika saya menulis tentang istri menunggu suaminya yang tidak pernah ditemukan saat gempa, Bara menulis kisah Milana yang menunggu seseorang dengan melukis senja. Hanya dengan cara itu Milana berharap bisa bertemu dengan seseorang yang ditunggunya itu.
Sebelumnya saya sudah membaca novel Bara yang berjudul Kata Hati dan Cinta. (baca: cinta dengan titik). Gaya penulisannya dengan kumcer ini sungguh berbeda. Tulisan di sini lebih beraroma sastra. Menggunakan bahasa Indonesia baik dan benar tanpa terkesan kaku. Berharap, kedepannya bisa membaca (kembali) tulisan Bara yang seperti ini. Kumcer ini membuktikan bahawa Bara memang bisa menulis dari segi sisi; sisi modern seperti Kata Hati dan Cinta. (baca: cinta dengan titik) maupun sisi sastra seperti Milana ini.