
Tidak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja. Keluar masuk ingatan seenaknya sendiri. (hlm. 19)
Lima tahun yang lalu, Aggi dan Timur pernah melakukan perjanjian. Kalau mereka sama-sama tidak punya pacar, mereka akan bertemu lagi. Mencoba kembali menjalin hubungan. Aggi di Yogyakarta sedangkan Timur di Bandung. Sepanjang rentang lima tahun itu mereka sama sekali tidak berkomunikasi. Dan kini Timur berusaha memulainya. Menghubungi Aggi meski awalnya tidak secara langsung, penuh teka-teki.
Tidak ada hal istimewa berlebih dalam diri Aggi sebenarnya. Secara fisik, dia jauh dari kata cantik bila dibandingkan perempuan Bandung yang putih, bersih, cantik, dan sebagainya. Secara warna, Aggi atau kebanyakan perempuan lain di Yogyakarta, cenderung kusam. Pada usianya yang bahkan 29, perempuan itu masih mengenakan celan jin kargo, kadang jin pudar yang sedikit lusuh, kaus oblong yang ditumpuk kemeja lengan panjang, dan ransel. Selain karena dia seorang fotografer, ransel pasti akan memudahkannya membawa bergepok-gepok pekerjaan. Lebih ringkas.
Perempuan yang dikenal Timur selalu tampak sedap dipandang. Namun, Aggi? Bedak tipis yang sudah hilang sama sekali saat siang. Berkeringat. Namun, entah bagaimana senyumnya manis sekali. Perempuan itu tidak pernah tersenyum saat dipuji. Marah malah. Justru saat main ledek-ledekan, dia baru akan tersenyu. Atau, meledak tertawa. Aggi mungkin tidak menyadari betapa tawanya begitu terdengar menyenangkan ketika mengucapkan janji lima tahun itu. Justru Aggi yang apa adanya itulah yang mampu memikat hati Timur yang bertahan menunggu sampai lima tahun.
Bagi orang yang sedang jatuh cinta, waktu bersama bisa terasa begitu singkat dan waktu ketika berpisah akan terasa begitu lama. (hlm. 173)
Lain halnya dengan Aggi, selama lima tahun itu pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan laki-laki. Laki-laki selai kacang, laki-laki permen karet stroberi, dan laki-laki stroberi varian flamboyan.
Laki-laki pertama. Namanya Thomas, dari Prancis. Suka bepergian. Berusia 38 tahun. Dalam beberapa tahun sekali selama tiga atau enam bulan dia akan melancong dan menetap sementara di negara-negara lain, belajar bahasa. Tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hanya untuk senang-senang dan iseng. Poliglot nanggung. Waktu itu dia datang ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Kebetulan dia memilih Yogyakarta. Aggi menyebut sebagai laki-laki selai kacang.
Wisnu Si Permen Karet Stroberi. Seorang seniman perupa dari Yogyakarta. Awalnya memang seperti stroberi. Namun, dia tetap hanyalah sebuah permen karet. Laki-laki permen karet stroberi. Awalnya manis-manis kecut menyenangkan. Namun, setelah lama dikunyah, rasa stroberinya hilang. Yang tersisa hanya lengket yang menjengkelkan.
Laki-laki ketiga. Laki-laki stroberi varian flamboyan. Laki-laki ini bermarga Wu. Aggi memanggilnya Pak Wu. Masih muda. Baru dua atau tiga tahun lepas dari usia tiga puluh. Namun, dia memiliki dan mengelola sebuah galeri seni berskala besar.
Banyak sekali bertebaran kalimat favorit:
- Kamu bisa melarikan diri sejenak dari dunia nyata dengan membaca buku. (hlm. 15)
- Sindrom perempuan masa kini; nyaman hidup sendiri karena kenyang pengalaman dan penghasilan tinggi. (hlm. 45)
- Hidup itu tidak selalu lembut, relaks, dan tenang. (hlm. 72)
- Laki-laki tidak tahan pada mulut tajam perempuan. (hlm. 105)
- Kalau sudah cinta, di mana pun tempat pacaran tidak menjadi masalah. Akan selalu terasa romantis. (hlm. 212)
- Berbalikan dengan mantan kekasih bagaikan menjilat liur yang sudah diludahkan. (hlm. 216)
- Dalam cinta ada unsur bersenang-senang, bersuka-suka, bermain-main. (hlm. 220)
- Kebanyakan laki-laki akan lebih memilih untuk tidak dicintai daripada tidak dihormati. (hlm. 225)
- Pernikahan itu menerima pasangan dengan seluruh kelebihan dan kekurangan. (hlm. 231)
- Tidak ada nasihat paling baik untuk menghadapi ketidakyakinan dan ketakutan akan pernikahan. Kecuali, jalani sajalah, nanti kamu akan tahu sendiri. (hlm. 255)
Ceritanya memang sederhana, tapi suka sekali dengan gaya bahasa yang ditulis. Kisah romantis yang tidak menye-menye. Suka dengan tipikal perempuan seperti Aggi; mandiri dan tidak gemar bersolek.
Covernya sangat memikat; segerombolan stroberi yang menggiurkan. Suka banget ama tokoh Timur. Romantis abis. Apalagi pas di awal-awal cerita, perjuangannya menemui Aggi ke Jogja, mana pake acara teka-teki yang melibatkan tukang es krim, gyahahahaha… #JanganSampeSpoiler
Membaca novel ini seperti menggigit sebuah stroberi, kita akan menemukan rasa yang tak terduga; asam segar!
“Kukira kamu sedang terserang penyakit yang biasanya diderita oleh tanaman stroberi. Empulur merah. Phytophthora fragariae. Bagian yang diserang; akar. Itu artinya ketetapan hatimu. Kamu goyah. Gejala yang ditunjukkan tanaman yang terserang empulur merah adalah tanaman tumbuh kerdil. Kamu pengecut dalam menghadapi cinta. Kedua, daun layu. Kamus pesimis, lebih menyerah pada ketakutan-ketakutan besarmu.” (hlm. 232)
“Katamu kamu sedang tidak ingin menjalin relasi serius.”
“Itu tidak berarti apa-apa!”
“Itu berarti sesuatu; kamu telah kehilangan spirit stroberi.” (hlm. 46)
“Kamu tidak termasuk salah satu jenis stroberi apa pun karena kamu adalah rekan untuk menikmati semangkuk stroberi bersama.” (hlm. 267)