
Perang memang mengubah segalanya. Dari keluarga yang hidup damai berkecukupan menjadi keluarga yang serba kekurangan. Termasuk keluarga Jo, si tomboi yang hidup bersama dua saudarinya dan ibunya. Mereka harus bekerja keras untuk hidup dari hari ke hari.
Meski mengalami kesulitan ekonomi, keluarga Jo tidak pernah mengeluh. Meskipun Jo mengakui bila keluarganya berubah menjadi miskin sejak ayah mereka bertugas di medan perang, ia merasa keluarganya tetap baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikuatirkan. Namun kedamaian itu tidak berlangsung lama.
Jo memiliki adik yang sangat disayanginya. Beth, namanya. Selain memiliki fisik yang rapuh dan sering sakit-sakitan, ia juga dikenal sebagai gadis pendiam. Namun, ia memiliki bakat alami bermain piano. Semua suka mendengarkan permainan jari-jemarinya di atas tuts putih dan hitam itu. Dan tetangganya yang baik hati memperbolehkannya bermain piano di rumahnya karena keluarga Jo tidak memilikinya lagi. Sayangnya fisik Beth semakin melemah. Jo menebak-nebak apakah sakit Beth berkaitan dengan kerinduan pada ayahnya.
Belum reda kecemasan keluarga Jo, lalu muncullah kabar buruk. Ayah Jo terluka parah. Mereka perlu biaya besar untuk mengantar Ibu mereka ke sana untuk merawatnya. Padahal mereka tidak punya simpanansama sekali. Jo akhirnya berbuat nekat. Ia menjual bagian dirinya yang sangat ia banggakan. Ia kembali ke rumah dengan rambut yang sangat pendek. Jo menjual rambutnya yang indah demi mendapatkan biaya bepergian ibu dan ia berhasil.
Hari demi hari berlalu, keluarga Jo terus mengalami percobaan demi percobaan. Apakah Beth dapat sembuh dari penyakitnya? Dan apakah sang ayah dapat kembali pulang dengan selamat?
Little Women adalah salah satu novel favorit saya. Saya memiliki beberapa versi bukunya, dari versi komik hingga novel. Dan membaca versi novelnya jauh lebih baik. Saya bisa membayangkan karakter Jo yang tomboi dan penuh welas asih. Sementara, si Beth di balik sikap pemalu dan pendiamnya, punya banyak sekali teman yang merindukannya ketika ia sakit parah. Yang paling mengharukan di kisah ini adalah jalinan persaudaraan di antara mereka. Di tengah kecamuk perang dan keterbatasan ekonomi, mereka tetap bahagia dengan rumah yang dipenuhi kasih sayang. Sebuah kisah yang akan terus menarik dibaca dan tidak pernah basi. Bisa dibaca oleh para remaja karena banyak memiliki pesan moral dan juga tetap asyik dibaca oleh kaum dewasa.