Buku The Hobbit ini sebetulnya bukan buku baru. Edisi pertamanya sudah terbit 10 tahun lalu (2002). Gara-gara film-nya lah maka buku ini happening lagi sekarang.
Saya juga sudah ngeh waktu itu, tapi tidak tertarik untuk baca. Kenapa? Alasannya karena saya takut tidak bisa menikmati membacanya, sama seperti saya kurang bisa menikmati trilogi buku LOTR. Film LOTR itu bagus sekali, seru, keren, top. Tapi bukunya terus terang bikin keder. Banyak bagian yang saya skip waktu membaca buku LOTR. Jadi saya beranggapan The Hobbit juga bakal demikian.
Ternyata saya salah. The Hobbit bacanya nikmat sekali. Entah sayanya yang berubah, atau memang Tolkien menyajikan The Hobbit dengan cara yang berbeda dengan LOTR.
Dialog-dialog di The Hobbit itu lucu, cerdas, menghibur. Hmm, sebenarnya bukan hanya dialognya, narasinya juga enak sekali dibaca, jauh dari kesan kuno meskipun settingnya jelas kuno. Kenapa terasa berbeda dengan LOTR, mungkin karena translatornya juga beda.
Bilbo di sini heroik sekali. Kalau kamu sudah baca LOTR, kamu pasti bakal suka membaca masa mudanya Bilbo dengan segala sepak terjangnya di prekuel LOTR ini. Para kurcaci juga mendapat porsi peran yang banyak, karena mereka merupakan pemeran utama bersama Bilbo.
Tentang cincin ajaib yang nantinya jadi sumber masalah di LOTR, bisa diketahui ceritanya di sini lebih jelas, bagaimana kok dari si Gollum itu cincin bisa jadi milik Bilbo. Oya, saya suka bagian yang menyajikan adu teka-teki antara Bilbo dengan Gollum. Mereka saling menebak bergiliran. Kalau Gollum kalah, dia harus menunjukkan jalan keluar dari goa. Kalau Bilbo yang kalah, Gollum boleh makan Bilbo. *horor*
Tentu saja kita tahu Bilbo yang menang. Tapi teka-teki mereka menarik untuk disimak. Di antaranya ini:
Ada kotak tanpa engsel, tanpa kunci atau penutup,
Tapi di dalamnya berisi emas yang hidup.
Mau tau jawabannya? Yuukk, baca bukunya... :)