
BLURB
Nada pernah berjanji tidak akan membiarkan orang lain bunuh diri. Tapi sejak mengenal Audy, ia kehabisan akal dalam menepati janji tersebut. Audy, gadis yang berulang kali mencoba bunuh diri itu, begitu penuh kejutan.
Ujian tari membuat Nada terpaksa meminta bantuan Nino, pacar Audy, untuk mengiringi komposisi tariannya. Ia tidak memahami perasaan hangat yang timbul setiap melihat pemuda itu bernyanyi sambil memainkan jemari di tuts piano.
Nada tidak menyadari bahwa secara perlahan kehadirannya mengganggu hubungan Nino dan Audy. Perlahan, Nada menjadi orang yang ia benci. Seperti wanita yang merebut ayahnya dan membuat ibunya bunuh diri.
Dapatkah Nada menepati janji?
REVIEW
Sejak ibunya meninggal karena bunuh diri, Nada pergi dari rumah dan memilih tinggal di apartemen. Ia sulit memaafkan ayah dan Diana, si kekasih gelap, yang telah membuat ibunya sedih dan memilih bunuh diri. Di apartemen, Nada berkenalan dengan tetangga barunya, seorang gadis bernama Audy. Namun baru saja mereka berkenalan, malamnya Nada harus menyaksikan pertengkaran Audy dengan pacarnya, Nino, yang berujung pada ancaman Audy untuk bunuh diri. Audy cemburu buta pada Nino. Begitu Audy merasa Nino terlalu dekat dengan gadis lain, Audy mengancam akan bunuh diri.
Nada yang pernah merasa tak berdaya karena tak berhasil menyelamatkan ibunya berusaha mati-matian mencegah usaha bunuh diri Audy. Ia tak ingin lagi ada orang yang bunuh diri.
Tanpa sengaja Nada bertemu lagi dengan Nino ketika Nino sedang bermain piano. Musik yang dimainkan Nino menarik hati Nada sehingga Nada ingin menggunakannya sebagai musik pengiring ujian tarinya. Mereka pun bekerja sama diam-diam tanpa sepengetahuan Audy.
Lama-lama Nada merasakan getaran yang aneh saat bersama Nino. Hubungan mereka semakin dekat dan intens. Apakah Nada akan menjelma menjadi orang ketiga? Apakah ia bisa memposisikan diri sebagai perusak hubungan, dan menyakiti hati Audy?
---------------
Senang rasanya bisa membaca sebuah karya yang premisnya menarik. Replay termasuk salah satu di antaranya. Saya begitu menikmati kisah yang dituturkan Seplia dalam novel bergenre young adult ini.
Berapa banyak dari kita yang dengan mudah menyalahkan orang lain dan menghakimi mereka tanpa memandang dengan adil? Dan ketika kita tanpa sengaja jatuh dalam situasi yang sama, apakah kita bisa adil menghakimi diri kita sendiri? Seplia dengan cerdik meramu ide ini dan merangkainya menjadi jalinan kisah yang manis.
Diceritakan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, porsi konflik batin lebih banyak diungkapkan dari sisi Nada dan Nino. Keresahan dan kerisauan mereka dituturkan dengan apik oleh Seplia. Walau sebenarnya saya ingin juga mendapatkan konflik batin dari Audy sebagai penyeimbang. Karena saya masih merasa bertanya-tanya apa yang ada di benak Audy di akhir penyelesaian konflik.
Hal yang saya suka dari novel Replay adalah tokohnya yang masih manusiawi. Punya kekurangan. Punya kesalahan. Punya dosa. Meskipun sosok Nino ini jenius dalam bermusik dan ganteng dan sabar dan perhatian tapiii... ia toh manusia juga yang bisa khilaf.
Tokohnya konsisten dengan karakter masing-masing. Audy jelas kelihatan banget kalau labil. Sedangkan karakter ayah, saya merasa cukup kocak juga. Cocok sebagai pemilik label musik mayor yang biasanya lebih santai karakternya.
Interaksi antar tokohnya pas banget. Asyik diikuti dan terasa chemistrynya.
Namun memang untuk penyelesaian konfliknya masih terasa ada ganjalan dalam benak saya. Meskipun memuaskan semua pihak, tapi perasaan Audy masih saja menjadi misteri bagi saya.
Saya rekomendasikan novel ini bagi kalian penikmat romance yang berliku. Proses pendewasaan tokohnya layak untuk diikuti dan banyak hal bisa kita dapatkan dalam novel ini.
TEBAR-TEBAR QUOTE
"Aku tahu, cinta memang egois. Tidak mau berbagi pada siapa pun atau apa pun. Tapi kamu harus percaya pada pasanganmu. Sebisa mungkin membicarakannya baik-baik kalau ada masalah." (hlm. 100)
"Tidak sepatutnya kau berubah. Penderitaan tidak berarti mengubah orang baik menjadi buruk." (hlm. 114)
"Kalau suatu saat kebahagiaan tak memihak, masih yakin kamu akan jadi orang baik?" (hlm. 143)