
*Burp* (Maaf)
Begitu kira-kira reaksiku sehabis baca kalau novel Juliet ini makanan. Sungguh lezat dan mengenyangkan – dan yang pasti enggak bikin gemuk. Saking banyaknya membaca atau menonton nukilan kisah Romeo dan Juliet, tidak pernah terpikir olehku untuk membaca karya Shakespeare itu. Apa menariknya, toh jagoannya mati—bunuh diri pula. Aku tidak pernah merasa bersimpati kepada orang yang bunuh diri karena cinta. Yang membuatku tertarik adalah unsur misteri dan harta peninggalan Juliet. Aha!
Kisah yang diawali dengan kematian seorang bibi dari gadis kembar berdarah campuran Italia-Amerika ini langsung memikat mataku untuk terus membaca. Karakter kedua saudari kembar itu tidak mungkin bisa lebih berbeda lagi. Yang satu, Janice, cantik jelita, populer dan punya banyak pacar sedangkan kakaknya, Julie, memilih untuk menjadi sebaliknya dan mendapatkan julukan ‘virgitarian’ alias masih perawan dari Janice. Bibi Rose mewariskan seluruh hartanya kepada Janice, sedangkan Julie hanya mendapatkan sebuah anak kunci, paspor dengan nama aslinya, Giulietta Tolomei, dan sepucuk surat yang menjelaskan bahwa ia harus pergi ke Italia untuk mencari peninggalan ibunya yang ‘jauh lebih bernilai daripada segala sesuatu yang pernah kumiliki.’ (hal. 28) Lewat surat itu, bibinya memberi petunjuk agar ia menemui seseorang di bank tertentu dan mengambil sebuah kotak berisi surat-surat berharga. Anak kunci itulah yang bisa membuka kotak berisi petunjuk tentang peninggalan tersebut. Jadi, berangkatlah Julie, atau Giulietta, ke Italia.
Di Italia, tidak saja Julie mendapati bahwa hartanya benar-benar ada, melainkan juga mengungkapkan legenda Romeo-Juliet. Ia bertemu dengan Eva Maria Salimbeni yang katanya percaya bahwa ada kutukan merundung keluarga Tolomei dan Salimbeni yang harus dihapuskan dengan cara mempersatukan keturunan Romeo dan keturunan Juliet alias Giulietta untuk memperbaiki nasib kedua keluarga tersebut. Julie juga bertemu dengan anak baptis Eva Maria, Alessandro, yang ¡voila! mewarisi nama Romeo. Sampai di sini aku merasa bisa menebak akhir cerita dan mulai ogah-ogahan membacanya.
Ternyata oh ternyata, jalan ceritanya sama sekali tidak seperti yang kusangka. Kawan ternyata berubah jadi lawan, dan yang tadinya kusangka lawan ternyata kawan.