
Cerita mengenai bertahan hidup sendirian di alam liar dan bebas (hutan atau laut) bukanlah favorit saya, dengan beberapa alasan :
1. Cerita jadi terasa monoton karena hanya ada tokoh utama yang berarti tidak ada interaksi dengan tokoh lain karena tokoh utama hanya sendiri dan berarti biasanya cerita hanya seputar keadaan alam liar tersebut, cara bertahan hidup (kehidupan sehari-hari tokoh utama di alam liar) dan mengenai si tokoh utama sendiri (misalnya kenangannya, masa lalunya, rencana kedepannya, dll)
2. Pace cerita suka menjadi lambat karena pengarang berusaha untuk menjabarkan bagaimana si tokoh bertahan hidup dengan penggambaran narasi yang kelewat detil dan kadang terkesan bertele-tele.
Mungkin kedua hal di atas hanyalah opini saya dan juga selera saya. Terlepas dari bagian 2 yang merupakan inti utama cerita Life of Pi, saya menyukai bagian 1 yang membahas mengenai keluarga dan kisah hidup Pi kecil selama di India dan bagian ketiga boleh dibilang sangat menghibur dan dialog wawancara dengan kedua orang Jepang sukses memancing tawa saya.
Oke, sekarang pesan atau makna buku ini :
Tagline utama bulu ini adalah, "Kisah yang membuat orang percaya pada Tuhan" namun benarkah membaca kisah ini bisa membuat orang percaya pada Tuhan?
Jawabannya relatif dan mungkin sebagian besar bahkan tidak (maksudnya kisah dalam buku ini tidak membuktikan apa-apa mengenai keberadaan Tuhan), namun Kisah Pi bukanlan cerita untuk membuktikan keberadaan Tuhan melainkan mengenai keyakinan bahwa Tuhan selalu menjaga umatnya bahkan dalam kondisi paling tidak mungkin sekalipun dan Tuhan itu ada, tidak bisa dilihat namun bila kita yakin kita bisa merasakan keberadaan Tuhan. Karena Pi terapung-apung di sekoci di tengah lautan luas selama 7 bulan, namun Tuhan tetap menyediakan makanan untuknya melalui mahluk-mahluk laut (ikan & penyu) dan bahkan menjaga Pi dari serangan mahluk buas macam Harimau Bengal, si harimau punya berbagai macam kesempatan untuk menyerang Pi namun tidak pernah dilakukan.
Mungkin banyak orang yang mengatakan alasan Pi bisa selamat karena kisah dalam buku ini tidaklah nyata (terbukti dengan banyaknya reader yang memberi label fantasy terhadap buku ini) seandainya kisah Pi nyata mungkin dia tidak akan selamat (apakah karena tenggelam, karena kelaparan dan dehidrasi, karena sakit, atau karena diserang oleh si harimau). Begitupula dengan beberapa bagian kanibalisme dalam buku yang membuat orang merasa aneh yang walaupun kanibalisme tersebut terpaksa dilakukan dengan demi bertahan hidup.
Tapi sekali lagi, Kisah Pi juga bukanlah untuk diperdebatkan nyata atau tidaknya, bukan untuk dinilai salah atau benarnya, saya lebih suka label filosofi daripada fantasy dalam Kisah Pi ini, sebab Kisah Pi adalah suatu kisah untuk direnungkan bagi setiap umat manusia yang mengaku beragama. Bukan untuk membahas mengenai agamanya tapi bagaimana hubungan kita terhadap Tuhan
Saya menulis review ini tepat tanggal 25 Desember, pas hari Natal dan ada satu quote yang menarik untuk direnungkan :
"Memilih keraguan sebagai falsafah hidup sama halnya memilih kemandekan sebagai sarana transportasi" - Hal 55
BTW, buku ini sudah diangkat ke film layar lebar yang disutradarai oleh Ang Lee, sangat disarankan untuk menontonnya dalam format 3D, karena visualisasi film ini sangat indah. Film tersebut sekaligus juga mengajarkan manusia, tidak perlu tempat khayalan, dunia dongeng, atau universe fantasy untuk melihat keindahan ciptaanNya, bumi tempat kita hidup dan tinggal juga indah asal kita mau meluangkan waktu untuk menyadari dan menikmatinya.
Terjemahan : Sangat baik, saya tidak menemukan typodan juga susunan kata dalam kalimat mengalir dengan luwes. Dua jempol untuk penerjemah.
Lina Riyanty (