
Kadang,kita mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekadar bertanya, inikah sebenarnya cinta?
Adalah Denia yang jauh datang dari Surabaya ke Jakarta untuk menemani tantenya menghadiri ke acara pertunangan, suatu tempat yang sebenarnya sangat ingin Denia lupakan dalam memori hidupnya. Seperti itulah dia. Diam-diam mencintai lelaki itu dengan sangat dan menyimpan sakit tak berperi saat harus mendatangi pertunangannya dengan perempuan lain. Sedikit pun dia tidak berniat menyesali atau berhenti mencintai lelaki itu. Janu namanya.
Begitupula dengan Saka, lelaki dingin luar dalam. Susah move on dari masa lalunya. Bagaimana mungkin bisa mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Menurutnya, itu bodoh, tapi toh dilakukannya. Mau bagaimana lagi, dia tidak berencana begitu, tapi itu yang terjadi. Mencintai dengan sepenuh hati. Dan ketika orang yang dicintai meninggal, hatinya pun ikut mati.
Tidak mudah untuk melepaskan seseorang yang dicintai. Itulah sama-sama yang dialami baik Denia maupun Saka. Dua insan manusia yang awalnya tidak saling kenal. Tapi takdir berkata lain. Alam berkonspirasi mempertemukan mereka.
Waktu tahu penulis buku ini adalah Nonier, saya langsung kepincut untuk membacanya. Yup, saya jatuh hati dengan gaya menulisnya Nonier ini di ‘Sempurna’ yang lebih dulu saya baca. Kebalik ya, harusnya baca ini duluan, karena terbitnya juga lebih dulu, hehehe.. :p
Pokoknya, baca ini langsung sekali tamat. Kalo di ‘Sempurna’ suka banget ama Awang, di novel ini suka banget ama Saka. Mereka ini cowok-cowok setipe; cowok-cowok kulkas
Entah kenapa, saya gemas sekali dengan tokoh Galih yang lugu nan polos, adiknya Saka:
1. “Ini pasti gara-gara Mas Saka. Dasar Penjahat!”teriak Galih marah. Dia menyemprotkan jaring laba-laba ke masnya, lalu berlaricepat-cepat menyusul Denia yang meninggalkan rumah. (hlm. 163)
2. “Iya..pohonnyaitu namanya bank… Ayah kan punya duit banyak di bank. Iya kan, Yah!” (hlm. 137)
3. “MasSaka jelek! Awas ya, ntar kucariin pacar!” (hlm. 64)
4. “Nggakmau, Mas Saka nggak asyik. Aku nggak nanya, dia manyun. Aku banyak nanya, diamanyun juga. Mukanya butek mulu. Perlu cari pacar deh kayaknya,” tolak Galih.(hlm. 63)
5. “Mas Abe, kita cariin pacar buat Mas Saka, yuk..Biar ntar aku ada yang beliin jajan, bawain oleh-oleh, ngasih kado…” (hlm. 66)
Adegan favorit:
Satu-satunya perabotan yang paling banyak terdapat di rumah itu adalah rak buku. Hampir di setiap ruangan ada rak yang dipergunakan untuk menyimpan maupun memajang buku meskipun sudah ada ruangan di lantai satu yang dikhususkan untuk perpustakaan. (hlm. 34)
Beberapa kalimat favorit:
1. Sakit banget rasanya, kita mencintai seseorang tapi dia mencintai orang lain. (hlm. 72)
2. Melakukan hal yang sia-sia hanya akan menyakitimu. (hlm. 167)
3. Hati itu tidak boleh dimiliki satu orang saja. (hlm. 187)
4. Nggak akan gampang melupakan cinta pada seseorang. (hlm. 238)
5. Mencintai seseorang bukan kesalahan. (hlm. 290)
Menemukan typo:
adikknya (hlm. 137) – seharusnya adiknya
Meski ini bukan buku baru, tapi amat merekomendasikan baca buku ini. Sederhana tapi memikat. Novel unyu!!