Quantcast
Channel: Resensi Terbaru
Viewing all 742 articles
Browse latest View live

Stay With Me

$
0
0
Stay with Me Tonight

Mungkin pada dasarnya dua orang yang sama-sama terluka tidak seharusnya bersama. (hlm. 183)

 

Adalah AYU, perempuan dewasa yang memiliki banyak beban dalam hidupnya. Pengalaman pahit dalam hidup banyak mempengaruhi kepribadiannya dalam menyikapi kenyataan hidup. Dulu diia hanya tinggal bersama ibunya, masalah timbul ketika ibunya menikah, kemudian dia memiliki ayah yang kemudian akan sangat dibencinya suatu hari nanti.

“Kamu keterlaluan, Yu. Kalau kamu tidak suka dengan rumah ini, tidak ada yang memaksamu untuk tinggal. Kamu boleh pergi.”

“Cinta membuat ibu gila. Cukup gila sampai melupakan banyak hal penting dalam hidup ini.” (hlm. 127)

Permasalahan tidak berhenti sampai di situ saja. Ibunya yang sakit-sakitan butuh dana besar untuk mengobati penyakitnya. Uang yang ia kumpulkan selalu sia-sia, karena kerap dijarah ayah tirinya itu. Jalan pintas pun ia lakukan.

Ada dua alasan kenapa seseorang memilih menjadi perempuan panggilan. Pertama, karena kebutuhan gaya hidup. Dan kedua adalah karena tuntutan ekonomi yang menjepit. Ayu masuk kategori kedua.

Ayu yang awalnya terjebak pun kian terperosok. Tamu langganannya adalah seorang pria dewasa muda yang mapan, penghuni apartemen 1109. Setiap malam dia ke apartemen tersebut untuk memenuhi panggilan tugas setiap jam sepuluh malam. Ayu tidak mengenal sama sekali tamunya itu. Bahakan namanya pun tidak dia ketahui. Begitu tugasnya selesai, dia langsung pulang, selalu begitu. Ibunya yang tidak tahu dengan profesinya itu selalu menunggunya jika terlambat pulang.

“Kamu adalah salah satu wanita misterius yang pernah kukenal.”

“Menjadi misterius itu memang jauh menguntungkan.”

“Karena?”

“Karena jika aku pergi suatu hari nanti, kamu tidak akan bisa menemukanku.” (hlm. 62)

BAB Pertama judulnya adalah ‘Kancing yang Terlepas’. Oh, untung aja bacanya malam dan pas dapet ‘jatah libur’ puasa, jadi aman bacanya, karena ada beberapa bumbu gingko biloba di selipan ceritanya, gyahahaha… Meski begitu, deskripsi gingko biloba yang dijabarkan masih dalam takaran wajar kok, belum sampe bikin panas dingin pas bacanya… x))

“Aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bahas.”

“Kamu tidak berubah, Yu…”

“Kamu selalu memaksakan dirimu untuk berjuang sendiri.” (hlm. 120)

“Masalahnya aku tidak tahu kalau memang ada jalan kembali untukku, Ditt.”

“Bukan itu masalah utamanya. Pertanyaannya adalah apakah kamu punya niat untuk mengakhiri semua ini.”

“Dan kembali menjadi Ayu yang dulu?”

“Menjadi Ayu dengan hidup yang baru, yang lebih baik.”

“Andai mengubah semuanya semudah yang kamu ucapkan.”

“Kamu tidak akan pernah tahu sebelum mencoba kan?” (hlm. 143)

Membaca kisah Ayu, seolah kita terhanyut akan kehidupan pahit yang dialami olehnya. Satu per satu rahasia terkuak di tiap BAB. Oya, di beberapa BAB terakhir ada jatah porsi dar sisi Benny. Setiap orang pasti memiliki masa lalu. Tidak hanya dari sisi Ayu, Benny juga mempunyai sisi kelam dalam hidupnya.

Mulanya saya sebal dengan tokoh Benny yang kelakuannya terkesan menjadikan Ayu hanya sebagai salah satu pajangan di apartemennya. Lama-lama tokoh Benny ini memang bikin meleleh. Salah satunya adalah saat Benny yang tampak panik ketika Ayu sakit karena sedang ‘kedatangan tamu bulanan’. Saking bingungnya, Benny membeli semua jenis pembalut bahkan ada beberapa jenis panty liner x))

BAB 15 yang berjudul ‘Hujan dan Perasaan’ ini favorit banget. Apalagi di halaman 103, bisa merasakan kesedihan yang dialami Ayu :’) #PukPukAyu

Kemudian di BAB 23 yang berlokasi di Taman Bermain dengan judul ‘Pernyataan yang Terucap’ merupakan bagian paling menyenangkan dibandingkan BAB-BAB lain. Di BAB ini menampilkan sisi bahagia yang dialami para tokohnya. Tapi di halaman 170 pengen #PukPukAyuLagi :’)

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Semua orang pasti punya masalahnya sendiri. (hlm. 34)
  2. Pikirkan apa yang mau kamu pikirkan. (hlm. 64)
  3. Pilihan itu selalu ada. (hlm. 85)
  4. Semua orang punya hak untuk bermimpi. (hlm. 86)
  5. Sesorang bisa berubah menjadi orang yang jauh berbeda. (hlm. 122)
  6. Kamu tidak akan pernah tahu sebelum mencoba kan? (hlm. 143)
  7. Semua orang butuh waktu. (hlm. 158)

Ada juga beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Menjadi misterius itu memang lebih menguntungkan. (hlm. 62)
  2. Jangan banyak memikirkan hal tidak penting. (hlm. 65)
  3. Cara terbaik untuk melupakan hal buruk adalah menganggapnya sebagai mimpi yang tidak pernah terjadi. (hlm. 159)
  4. Terkadang salah satu alasan yang membuat kita membenci seseorang adalah karena kita terlalu menyayangi dan peduli akan orang itu. (hlm. 161)
  5. Akhirnya sesuatu yang diawali dengan tidak baik, akan selalu berakhir dengan tidak baik. (hlm. 179)

Pas baca ini sebenarnya ada satu hal yang menggelitik untuk dibahas. Adegan saat dimana Ayu kebingungan menebus biaya berobat ibunya yang membuat hatinya nggak karuan ketika membaca jumlah nominal yang harus dibayarnya.

Zaman sekarang, sakit dan berobat ke rumah sakit nggak sesusah dulu. Pengalaman tahun lalu ketika adik saya mengalami kecelakaan jatuh dari mobil, sempat kritis lima hari dan hampir dua mingguan di rawat di rumah sakit, alhamdulillah biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan dan selama rawat inap tidak berat. Sebenarnya sebelum kecelakaan, adik saya belum dimasukkan ke BPJS, baru saat setelah kecelakaan langsung didaftarkan. Petugasnya juga bilang, rata-rata 70% pendaftar BPJS baru bergerak setelah pasca kecelakaan yang menimpa. Prosesnya cepat. Hanya butuh KTP dan Kartu Keluarga. Karena waktu itu adalah hari Sabtu, pembayaran untuk pendaftaran bisa dilakukan via Bank dengan cara transfer. Alhamdulillah dari hari pertama dirawat sampai hari akhir, bahkan untuk proses scan untuk cek kondiri kepala, semua langsung di tanggung BPJS. Bayangkan biaya yang dikeluarkan tanpa BPJS, untuk scan cek kepala saja butuh dana sebesar dua juta sendiri.

Untuk kasus Ayu dan ibunya memang perlu dimaklumi kenapa mereka belum terdaftar di BPJS. Mungkin untuk biaya bulanannya, Ayu masih sanggup ikut untuk kelas tiga. Tapi yang menjadi kendala adalah riwayat hidup Ayu yang tampaknya pasti tidak mempunyai Kartu Keluarga. Zaman sekarang memang susah jika tidak memiliki Kartu Keluarga. Daftar sekolah aja sekarang kudu pake Kartu Keluarga :’)


Rahasia Lantai Keempat

$
0
0
RAHASIA LANTAI KEEMPAT

“Di perpustakaan, di antara rak-rak buku di bagian terdalam, lorong kedua dari ujung. Kalian akan menemukanku. Aku ingin kalian membawa sesuatu milikku pulang. Kuburkan aku di sana.” (hlm. 111)

 

Setiap sekolah pasti punya cerita-cerita msterinya sendiri. Rumor yang beredar dari generasi ke generasi; disebarkan secara verbal dari senior ke junior. Gosip yang beredar dari hasil dengar-dengar.

Begitu pun sekolah ini. Bangunan SMA yang sudah berusia puluhan tahun dengan arsitektur ala kolonial ini, tidak bisa menyembunyikan kesan tuanya meski sudah beberapa kali direnovasi. Seperti banyak sekolah lain, bangunan berbentuk U ini memiliki tiga lantai.

Bangunan ini terdiri dar gedung utama yang berdiri di tengah, dengan dua bangunan sayap di kiri dan kanannya. Pilar-pilar tinggi bercat abu-abu terdiri dengan kokoh menyangga atap. Deretan jendela kayu berjalusi dengan daun kembar yang tertutup menghiasi lantai dua dan tiga gedung utama.

Ditambah kedua bangunan saya, keseluruhan gedung sekolah ini berbentuk huruf U, mengitari taman dalam dan lapangan olahraga. Gedung utama dan masing-masing bangunan sayapnya memiliki satu tangga utama, yang biasa disebut tangga tengah, tangga timur dan tangga barat.

Dilihat bagaimanapun, sepertinya tidak mungkin bangunan tiga lantai ini menyembunyikan lantai keempat. Jadi, dari mana asal legenda lantai empat itu? Apa lantai empat yang dimaksud ada di ‘dunia lain’? beda dimensi, begitu?

Mulai dari tangga tengah. Naik ke lantai dua, lalu melangkah ke tangga timur dan naik ke lantai tiga. Dari sana, berjalanlah menuju bagian barat gedung dan turun ke lantai dua, susuri lorong hingga kembali ke tangga tengah, kemudian turun ke lantai dasar. Dari situ, berjalanlah ke gedung timur dan naik ke lantai dua. Lalu, lanjutkan hingga ke bagian barat gedung dan turun lagi ke lantai dasar. Kembalilah ke tangga tengah dan naik terus sampai ke atas. Jika berhasil, akan sampai ke lantai empat. (hlm. 20)

Maria itu hantu penunggu sekolah yang paling banyak diceritakan. Katanya, sering kelihatan di perpustakaan. Tapi, pernah juga muncul di tempat-tempat lain. Gosipnya, dulu dia anak rajin belajar yang jadi korban bully, terus bunuh diri. Ada juga yang bilang dia suatu hari bilang begitu saja.

Maria mungkin naik ke lantai keempat karena tertekan. Mungkin karena terus di-bully sehingga sampai pada pikiran bahwa, mitos tentang lantai keempat itu benar. Bahwa ada penunggu tertua yang bisa mengabulkan apa pun keinginannya. Bahwa dia bisa mengakhiri penderitaannya dengan menemui penunggu itu, tanpa tahu apa yang akan dia hadapi.

“Kalian bisa lari, tapi tidak akan bisa sembunyi. Dia akan menemukan kalian. Karena pikiran dan emosi negatif kalian akan selalu menarik dia.” (hlm. 90)

Suatu hari saat istirahat jam pertama, di perpustakaan, Nikki dan Fara tak sengaja menemukan buku tua. Ketika dibuka, di halaman kosong yang ada di bagian belakang buku –satu lembar sebelum halaman terakhir, terdapat tulisan tangan yang terlihat kuno. Ditulis dengan huruf sambung yang rapi dan kecil-kecil, seperti catatan pribadi yang tidak untuk dibaca orang lain. Mereka penasaran, dengan mengajak Randy dan juga Neil, mereka akan mencari di mana itu lantai keempat yang konon ada di sekolah mereka. Ternyata, sekali penasaran akan menimbulkan rasa penasaran berikutnya. Resikonya pun tidak mudah. Berhasilkan mereka melewatinya?

“Lo selalu begitu. Egois. Apa lo nggak mikirin perasaan gue? Gue juga takut, gue bingung, gue pengen pulang, Ki. Gue capek. Tapi lo nggak mikirin itu, kan? Lo cuma mikirin diri lo sendiri. Apanya yang sekarang gimana? Lo mikir nggak, dengan terus-terusan nanya gitu, lo cuma bikin kita semua makin stres?” (hlm. 85)

Satu hal yang menarik dari buku ini adalah mengambil setting sekolah, khususnya perpustakaan. Kyaaa…sinyal langsung kuat donk kalo ada aroma perpustakaan meski ini berkategori buku horor, coba aja cek di halaman 55, 62, 67, 73, 88, 95, 109, dan 131, hiyyyy… >.<

Pesan moral dari buku ini adalah jangan bertindak gegabah dengan hal yang tidak kita kuasai. Dan hendaknya berhati-hati jika menemukan barang yang bukan milik kita, siapa tahu barang tersebut berarti bagi orang lain dan kita yang menemukannya akan celaka.

Pas baca langsung ngebayangin suasana sekolah trus tokoh-tokohnya kayak murid-murid unyu, hehehe… yang disayangkan hanya satu; bukunya tipis banget jadi cepat banget bacanya, tau-tau udah tamat x))

Dangerous Love

$
0
0
Dangerous Love

Membenci seseorang itu seperti menambatkan beban berat di hatimu. Dan saat kau berhasil menggergaji salah satu rantai besi dan membiarkan jangkarnya terlepas darimu, kau sudah siap untuk maju kembali dan melanjutkan perjalananmu. Kini tinggal satu jangkar lagi yang harus kulepas. (hlm. 277)

 

CATHERINE. Maminya adalah single parent sejak dia lahir. Ayahnya tak jelas siapa, tak jelas statusnya. Bukan berarti Catherine tidak pernah pernah menanyakan keberadaan ayahnya. Hanya saja, Mami tidak memberi tahu jawaban yang memuaskan. Dan sejak kejadi itu, Catherine tidak pernah menanyakannya.

Untungnya Mami bukan perempuan lemah yang mudah menyerah dan jadi depresi. Di balik wajah dan tingkah lakunya yang lembut, Mami sebenarnya kuat dan mandiri. Beliau lebih dari sanggup dan nyaris tanpa kesulitas menjalani peran ganda. Selain itu, beliau juga tukang masak genius dan mengelola katering yang cukup laris. Bisa dibilang, selain kekurangan nama ayah, hidup Catherine dan ayahnya cukup bahagia dan sempurna. Mereka tinggal di rumah kecil peninggalan orangtua Mami.

Namun, saat Catherine menginjak bangku SMA, malapetaka itu datang. Mami bertemu lagi dengan gebetan lamanya di Facebook. Dan tak lama kemudian, Mami menikah dengan Om Frans yang juga memiliki seorang putri yang cantik nan sempurna bernama CHANTAL.

“Sesibuk-sibuknya, aku yakin mamimu selalu punya waktu bagimu.” (hlm. 184)

“Aku cuma mau bilang, apa pun yang terjadi, kamu tetap kakakku. Kamu nggak bisa nolak aku lagi sekarang.” (hlm. 275)

Chantal dan Catherine akhirnya ditakdirkan hidup bersama walau tak ada hubungan pun setetes darah. Tanggal dan bulan kelahiran mereka pun persis sama dengan usia yang bertaut satu tahun dan menjadikan Catherine lebih tua. Selain itu, hampir semua orang mengatakan mereka mirip. Ditambah lagi nama mereka sama-sama berinisial C: Chantal dan Catherine. Dan yang paling mengganggu bagi Catherine, Chantal seolah punya persediaan senyum dan keramahtamahan yang Catherine yakini tak akan habis untuk membuatnya naik pitam.

Tak dibutuhkan usaha keras untuk tetap menjadi putri favorit di rumah mereka. Chantal jelas kesayangan semua orang. Dengan sifatnya yang manis dan suaranya yang menye-menye, Chantal diperlakukan bagai guci antik dari Tiongkok.

Sedangkan Catherine? Dia merasa bagai mirip pajangan kayu yang jelek, keras dan kokoh. Saking kokohnya, bagaimanapun orang berusaha keras untuk merusak dan menyingkirkannya, pasti gagal. Sebenarnya Catherine letih memainkan peran manusia pahit dan keras seperti ini, hanya supaya tidak ada orang yang mengasihininya. Catherine benci dikasihani.

Ada banyak faktor kenapa seolah Catherine sangat membenci Chantal, adik tirinya ini. Catherine merasa Chantal mengambil semua kebahagiaan dan semua yang jadi miliknya. Semenjak orangtua mereka menikah, Catherine dan Chantal harusnya sama-sama bahagia karena memiliki keluarga lengkap. Sayangnya itu hanya ada di sisi Chantal. Mami sangat menyayangi Chantal seperti menyayangi Catherine, seperti menyayangi darah dagingnya sendiri. Tapi tidak bagi Catherine, Om Frans seolah tidak menyukai kehadirannya. Dia seakan tidak diakui keberadaannya. Catherine merasa Om Frans menerimanya karena satu paket dengan Maminya. Catherine merasa kasih sayang Maminya semenjak mereka menikah sudah tidak utuh untuknya lagi, harus terpaksa dibagi untuk Om Frans dan juga Chantal.

Ditambah lagi dengan kehidupan Chantal yang sempurna, nyaris tanpa cacat. Cantik, manis, ramah, dan disayangi semua orang. Chantal pun baik dengannya, tapi justru itu yang membuat Catherine makin muak dengannya. Catherine sangat membencinya. Hingga suatu hari Chantal meminta suatu permohonan untuk menyamar menjadi dirinya untuk ketemuan dengan Christ, pria yang dijodohkan olehnya atas kemauan Papinya, Om Frans. Kebohongan demi kebohongan pun dilakukan Catherine, dan dia pun tak bisa mengindarinya.

“Tapi, lo nggak pernah berhasil gue hapus dari memori gue. Jangan tanya gue kenapa. Sampai sekarang pun gue masih nggak tahu jawabannya. Gue pikir lo semacam virus permanen yang menjangkiti otak gue.” (hlm. 228)

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Kadang-kadang cuma waktu yang bisa mengobati semua luka. (hlm. 46)
  2. Hidup emang nggak pernah sederhana, kan? (hlm. 172)
  3. Dunia masih punya banyak harapan buat elo. Bukan cuma dia cowok di dunia ini. Hadapi kenyataan. Berhenti berlari, berhenti bersembunyi. Lo nggak bisa lari selamanya, kan? (hlm. 227)
  4. Rezeki itu harus dibagi-bagi. (hlm. 263)
  5. Kalau lo nggak ada, bisa jadi dia bakal tetap seperti itu akibat orang lain. (hlm. 264)
  6. Bagaimana cara membantu seseorang yang membenci dirimu begitu besar? (hlm. 270)
  7. Cinta bukan sesuatu yang sederhana, kan? (hlm. 275)
  8. Hidup ini memang membingungkan dan penuh kejutan. (hlm. 289)

Banyak juga selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Nggak usah sinis gitu dong. Lo stres, ya? Makanya makan kentang. (hlm. 15)
  2. Makanya, jangan kelewat nafsu kalau makan. Lo kayak nggak dikasih makan sebulan sih. (hlm. 21)
  3. Kesempatan untuk merusak citra di depan seorang pria yang pasti hanya mendengar yang bagus-bagus saja sangat menggoda. (hlm. 33)
  4. Sok romantis amat sih lo. Apa sih yang lo takutin? (hlm. 69)
  5. Sekali berbohong, artinya lo udah nyemplung ke lubang setan. Lo nggak akan bisa keluar. (hlm. 69)
  6. Lo pikir cowok demen dibohongin? Lo mau dia ilfil sama lo? (hlm. 69)
  7. Kedengarannya emang basi dan klise, tapi be yourself. Nggak usah nyuri identitas orang lain. (hlm. 71)
  8. Yang baru pacaran memang beda deh auranya. (hlm. 73)
  9. Apa gunanya kerja kalau sudah hidup dengan segala kemudahan? (hlm. 75)
  10. Bokap lo juragan mobil, ngapain juga lo ngotot merakyat naik angkutan umum? (hlm. 105)
  11. Hidup ini susah, ngapain juga lo repot-repot bikin lebih susah lagi. (hlm. 106)
  12. Cuma orang yang punya dosa yang biasanya kabur dari sesuatu. (hlm. 108)
  13. Jatuh cinta memang kadang konyol dan memalukan. (hlm. 131)
  14. Obsesi bisa membunuhmu. (hlm. 146)
  15. Emangnya penting ya bikin semua orang khawatir. (hlm. 225)
  16. Apa itu cinta? Cinta hanyalah penggalan sandiwara palsu yang menyakitkan. (hlm. 228)
  17. Menunggu, selalu menjadi kegiatan yang sangat melelahkan. (hlm. 251)
  18. Bukankah cinta itu memang egois? (hlm. 275)

Pilihan tokoh-tokoh favorit justru jatuh pada pemeran figuran. Pertama, ada Marco si cowok penuh tato. Pantas aja Chantal yang feminim bisa tergila-gila ama Marco yang kesannya sangar itu. Toss ama Chantal. #TeamMarco

Kemudian ada Alice, adik Marco yang meski porsinya sedikit dan hanya terfokus di BAB 18, tapi justru suka ama tipikal keribadiannya. Dan terakhir pilihan favorit pada tokoh Joe, sahabat akrab Catherine semenjak duduk di bangku kuliah. Laki-laki kemayu ini tipikal sahabat setia, selalu menemani Catherine dalam keadaan apa pun. Salu buat Joe. Oya, jadi pengen nyicip nasi goreng ama kentang goreng buatan Joe yang sering dibahas dalam novel ini x))

Mulanya saya pikir akar permasalahan dari tema yang diangkat dari novel ini seperti kisah Cinderella yang harus hidup dengan saudara tiri dan ibunya. Salah, ternyata ada permasalahan tersembunyi lainnya yang jauh lebih menarik menjadi isu utamanya. Ini adalah buku kedua dari penulisnya yang saya baca, sebelumnya ada Dangerous Games. Dua buku ini memiliki rumus yang sama; masa lalu, balas dendam, dan perselingkuhan. Oya, di buku ini ada sedikit trivia dari buku sebelumnya. Cek di BAB 9 ada Cecil dan Dani yang juga merupakan tokoh selingan di buku Dangerous Games.

Banyak pesan moral yang disampaikan buku ini; jangan terlalu percaya dengan sikap seseorang yang baru kita kenal karena kita tidak tahu apakah orang tersebut menyimpan dendam kepada kita, jangan pernah lari dari kenyataan terutama dari masa lalu karena dengan menghadapi masalahnya sebenarnya masalah akan cepat selesai daripada bertahun-tahun lari dari suatu masalah dan satu lagi jangan pernah membenci sesuatu terlalu berlebihan karena sesunggunya benci dan cinta itu hanya beda tipis.

Dangerous Games

$
0
0
MetroPop : Dangerous Games

Jangan pernah menyembunyikan kebohongan karena kebenaran akan selalu menemukan jalannya seperti bayangan selalu menemukan pemiliknya saat matahari beranjak pergi.” (hlm. 162)

 

Adalah Josephine yang biasa dipanggil Josie. Masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Tidak ada yang istimewa pada dirinya, seperti perempuan lainnya. Bisa dikatakan Josie ini tipe tertutup. Teman kuliahnya hanya Kayla. Sama-sama meratapi nasib kejombloan mereka. Mereka sering menghabiskan waktu bersama ke mall, meski cuma sekedar makan donat atau beli es krim. Josie dan Kayla bisa dikatakan bersahabat dekat, susah senang dilakukan bersama.

Hingga suatu hari Kayla mengumumkan dirinya jatuh cinta dengan tetangga barunya. Yup, tetangga barunya adalah sepasang kakak beradik yang nyaris sempurna. Sang kakak, bernama Mario. Selain memiliki tampak rupawan, Mario juga baik dan murah senyum. Sebenarnya dia baik sama semua orang, tapi terkadang banyak perempuan yang salah mengartikan. Plus senyumnya yang bikin klepek-klepek. Adiknya bernama Nicole, cantiknya bikin sirik. Manis dan superramah. Keren banget. Persis kayak artis Korea yang kinclong-kinclong. Begitu anggapan Kayla. Tapi bagi Josie, saat pertama kali bertemu Nicole, ada aura misterius yang disembunyikan. Cantik tapi terlihat mengerikan. Apa ini cuma perasaan Josie saja yang terlalu paranoid?

“Kamu pasti punya seseorang yang kamu kangenin, kan? Seseorang yang diluar jangkauanmu. Bener nggak” (hlm. 25)

Ada beberapa permasalahan di masa lalu yang membuat Josie khawatir dalam menghadapi hidup ke depannya. Hal yang sangat membuatnya terluka akibat kesalahannya sendiri di masa lalu. Kekelaman yang telah dia kubur rapat-rapat dan tiada seorang pun tahu, bahkan sahabatnya, Kayla sekalipun, akhirnya terkuak juga. Josie merasa hidupnya tidak tidak. Mimpi buruknya bertahun-tahun menjadi kenyataan.

“Aku nggak tahu seberapa berat bebanmu. Selama kamu belum bisa membuka hatimu, aku nggak bisa menanggung bebanmu. Tapi biarlah aku menemani dan melindungimu. Percayalah, aku tulus padamu.” (hlm. 97)

Hati Josie sudah lama mati bersama orang yang dicintainya. Dulu dia merasa sudah tidak akan bisa jatuh lagi, terutama dengan orang lain. Takdir berkata lain. Sikap Mario yang tak gentar mampu meluluhkan hatinya. Segampang itukah? Permasalahannya tidak sesederhana itu. Kayla lebih dulu menyukai Mario. Dan josie tidak mau mengulangi kesalahan seperti di masa lalunya untuk yang kali kedua.

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Dunia ini bukanlah dunia Harry Potter di mana kau dapat memutar balik waktu dan mendapatkan kesempatan kedua. (hlm. 21)
  2. Kita semua punya masa lalu, kan? (hlm. 25)
  3. Nggak ada yang bisa mengendalikan cinta. Cinta itu kayak angin yang nggak bisa dilihat dan hanya bisa dirasakan. (hlm. 26)
  4. Cinta itu nggak seperti naksir. Kalau naksir gampang bosen. Tapi kalau cinta dibawa sampai mati, apa pun yang terjadi tetap bertahan. (hlm. 26)
  5. Cinta itu butuh perjuangan. (hlm. 26)
  6. Cinta nggak ada yang namanya overdosis. (hlm. 27)
  7. Memang kalo jodoh nggak akan ribet deh. (hlm. 28)
  8. Setiap orang pasti punya sisi gelap, kan? Setiap orang punya rahasia terkelam mereka. Nggak ada yang salah dengan itu kok. (hlm. 34)
  9. Mengakui dosa kita sendiri ternyata melegakan, ya? (hlm. 139)
  10.  Kata , makan yang manis-manis bisa membuat perasaanmu enak dan senang. (hlm. 169)
  11. Cinta itu nggak perlu dimengerti. Cinta cuma bisa dirasakan. (hlm. 197)
  12. Cari dan temukan cintamu. Perjuangkan apabila memang layak. Namun lepaskan bila cinta itu menyakitimu. Cinta itu seharusnya membuat hidupmu bebas dan bahagia. Bukan membuatmu merana dan tersiksa. (hlm. 198)
  13. Cinta itu begitu konyol, begitu bodoh, begitu menakutkan. Tapi saat cinta menghampirimu, kau nggak bisa berpikir dengan akal sehat, kau nggak bisa menganalisis, kau nggak bisa mengelak, kau hanya bisa membiarkan dirimu larut. (hlm. 207)
  14.  Tiap orang punya kelebihan dan kekurangannya sendiri, kan? (hlm. 269)
  15. Waktu emang nggak bisa diputar ulang, kan? (hlm. 269)
  16. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Belajar melepas dan memaafkan, itu yang terpenting. (hlm. 278)
  17. Masalah seberat apa pun kalau dibawa bercanda bisa jadi lebih ringan, kok. (hlm. 287)
  18. Rasanya sakit bila kita nggak bisa memiliki orang yang kita cintai. (hlm. 298)
  19. Kita nggak memilih cinta. Tapi cinta yang memilih kita. (hlm. 308)

Banyak juga selipan kalimat sindiran halusnya:

  1. Nggak lucu aja kalo gue harus pacaran ama sembarang cowok. Status nggak penting, yang penting rasa. (hlm. 13)
  2. Gue udah bosen dengan pertanyaan, ‘sudah punya pacar, belum?’ atau ‘kapan lulus”. Emang cuma dua hal itu yang penting ya. (hlm. 13)
  3. Siapa yang nggak mau cepet-cepet lulus dan punya pacar? (hlm. 14)
  4. Suka ya suka. Enggak ya enggak. Jangan manis di depan tapi dibelakang mencibir. (hlm. 18)
  5. Nggak suka sama cewek munafik. Yang baik hanya karena ada maunya. (hlm. 18)
  6. Pacar itu cuma sebutan sementara. Buktinya ada kan yang namanya mantan pacar? (hlm. 24)
  7. Nggak usah parno berlebihan. (hlm. 32)
  8. Normalnya kamar cowok itu berantakan dan jorok. (hlm. 33)
  9. Idih, kecil-kecil kok udah demen membolos? (hlm. 41)
  10. Manusia memang pada dasarnya begitu, kan? Egois! Cuma perhatian kalau memang ada maunya. (hlm. 117)
  11. Cinta itu memang membutakan. Tapi apa perlu kamu menyakiti orang-orang yang kamu sayangi? (hlm. 144)
  12. Kepercayaan itu nggak bisa dibeli. Sekali kau melangarnya, kau harus membayarnya. Dengan harga yang setimpal. (hlm. 148)
  13.  Zaman sekarang mah banyak orang yang nggak punya hati nurani. (hlm. 160)
  14. Apacara tercepat untuk memutuskan hubungan dengan seseorang? Nggak usah banyak pikir. Putusin aja. (hlm. 260)

Ini adalah kali pertama membaca buku yang ditulis oleh Mbak Christina Tirta dan langsung suka ama gaya penulisannya. Waktu baca sinopsisnya sempat berpikir, ceritanya standar tentang dua orang bersahabat yang sama-sama menyukai seseorang yang sama. Ternyata lebih dari sekedar itu. Ada tema lain yang lebih menarik. Perselingkuhan. Pengkhianatan. Balas dendam. Masa lalu. Pokoknya menegangkan. Sesuai judulnya, cerita ini dipenuhi berbagai permainan yang bikin ikut deg-degan pas membacanya. Buku ini bisa dikatakan sebagai novel thriler.

Tokoh yang paling kuat justru jatuh pada Nicole. Si cantik nan memesona tapi berbahaya. Pelajaran dari hidupnya adalah seseorang yang memiliki masa lalu suram akan menimbulkan dampak psikologis yang mengkhawatirkan di kehidupan kelak. Meski dalam novel ini dia masuk kategori tokoh antagonis, justru dari bibirnya lah yang paling banyak keluar kata-kata manis yang quotable banget.

Tokoh favorit pilihan saya adalah Darren, si bocah tengil yang masih kelas 3 SD. Meskipun begitu, pemikirannya sudah dewasa. Etapi, sedewasa-dewasanya Darren, harusnya dia nggak ngerti seksinya Megan Fox donk?!? Bisa jadi sih, soalnya Darren merupakan produk broken home yang jarang mendapat perhatian dari orangtuanya yang sibuk kerja, kakaknya yang narkoba, dan kakaknya yang satu lagi jugaa tidak begitu peduli dengannya. Darren ini sungguh unyu, jadi sayang banget kalo punya adik kayak gini dianggurin. Porsi Darren di buku ini memang sedikit, tapi justru memikat. Scene favorit yang menyuguhkan Darren ada di halaman 42 ketika dengan sok dewasanya bikin keki Kenzo dan Josie, kemudian ada juga di halaman 153 ketika Kenzo dan Josie mengunjungi Darren di rumahnya yang besar, Darren yang sakit hanya ditemani si Bibi dan mogok makan, begitu disuapi Josie langsung lahap makan buburnya. Kyaaa…Darrennnn…!! :D

Oya, meski Mario dideskripsikan nyaris sempurna dan idaman cewek-cewek, tokoh cowok yang saya suka jutru pilihannya jatuh pada Charlie! Tanya kenapa? Baca aja bukunya! ;) #TeamCharlie

Hanya ada dua yang agak mengganjal. Novel ini kan bersetting Bandung, tapi kurang rasa Sunda-nya. Pengalaman waktu lima tahun kuliah di Bandung (Jatinangor sih tepatnya), meski berbahasa Indonesia, umumnya orang-orang di sana selalu menekankan kata-kata berbahasa Sunda di ujung percakapan. Agak rancu pas baca bagian masa lalunya. Coba yang bagian masa lalu fontnya dibuat berbeda atau minimal ditulis miring, jadi kita sebagai pembaca langsung tahu bahwa ini bagian masa lalu Josie.

Terlepas dari itu, suka ama alur ceritanya. Yang mau baca METROPOP rasa THRILLER, buku ini adalah pilihannya ;)

Le Me Gagal Move On

$
0
0
Le me gagal move on (Pre Order)

Move on itu bukan sekadar lo berusaha keras buat melupakan dia, tapi move on itu membiasakan diri untuk bisa menerima seseorang yang lebih baik dari masa lalumu. Sebab pada dasaranya, move on itu bukan melupakan, tapi pindah dengan yang lebih baik.” (hlm. 212)

 

“Move on itu ketika lo bisa menerima, bukan selalu mempertahankan bayangan yang menyakitkan.” (hlm. 228)

“Move on itu simple. Membiasakan hal yang seharusnya menjadi biasa. Masa lalu, contohnya. Cuma, yang susah itu, menerima orang baru.” (hlm. 233)

“Seseorang yang berhasil move on itu, bukan dengan berusaha untuk melupakan masa lalu. Tetapi, berusaha menerima sebuah perjuangan dari seorang lain untuk melupakan masa lalu itu.” (hlm. 234)

Perpisahan itu adalah sebuah hal yang sangat dibenci sebagian besar orang, mereka yang sangat menginginkan kebersamaan yang abadi, lebih mementingkan kebahagiaan sendiri, bahkan ego. Tapi, nggak semua perpisahan menyedihkan.

Cinta itu adalah sebuah kebahagiaan, kebanyakan orang berpikiran kayak gitu. Ada benarnya juga sih, karena cinta itu definisi dari bahagia dan perasaan tulus dari diri sendiri untuk orang yang kita cintai. Tapi, semurni apa pun cinta itu, cinta pasti datang satu paket dengan perpisahan.

“Bosan itu biasa. Tapi yang bikin kebosanan itu berharga adalah ketika lo melihat lagi ke belakang, masih terbayang manis, bukan?” (hlm. 92)

Dari judul buku ini, bisa dipastikan ‘move on’ adalah kata yang paling banyak ditulis dalam buku ini. adapun ciri-ciri seorang gagal move on adalah sebagai berikut:

  1. Kontak Hape. Buat pasangan alay zaman sekarang, kontak hape dengan nama asli saat berpacaran itu nggak hits banget. Biasanya, kontak hape bakal diganti sesuai dengan panggilan pacar kayak Bebep, Ayank, dan lainnya. Nah, buat yang belum ganti nama sama sekali kontak hape mantan, berarti memang belum bisa move on dari mantan. #eaaa
  2. Sering dekat gadget. Zaman sekarang lebih baik punya tempat tidur dekat colokan charger daripada ada sebingkai jendela yang bisa buat ngintip pemandangan luar rumah. Sama aja kayak orang yang gagal move on, karena terbiasa stalking mantan, akhirnya bakalan bawa-bawa terus gadget-nya. Tapi dibawa bukan karena dia banyak notifikasi, tapi karena ngarepin mantan ngabarin dan bilang kangen. #PukPuk

Ada juga cara move on, diantaranya adalah:

  1. Buang barang kenangan. Semasa pacara, pasti banyak banget barang dari mantan. Cara terbaik adalah memberikan barang dari mantan, ke seseorang yang membutuhkan.
  2. Jaga jarak. Semakin dekat dan semakin sering ketemuan sama mantan, semakin perasaan masa lalu bakalan kembali terulang. Akhirnya bikin gagal move on.
  3. Tempat kenangan. Orang pacaran, bakalan sering pergi kemana-mana bareng. Ada yang ke mal bareng, ke sekolah bareng, atau ke bioskop bareng. Jadi hindari tempat-tempat yang mengingatkan akan kenangan bersama mantan.
  4. Bikin diri makin ilfeel sama masa lalu. Orang pacaran, mungkin bakalan bisa menerima pacarnya dalam keadaan apa pun. Nah, saat sudah putus ingat-ingat lagi hal-hal darinya yang dulu bikin ilfeel.

Konon, semakin berusaha buat move on, semakin susah seseorang itu buat melupakan. Akhirnya yang didapat adalah gagal move on #PLAAKK

Berikut beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Berhasil itu, ketika lo bisa mencintai diri lo dan mengatur masa depan lo terlebih dahulu. (hlm. 36)
  2. Zaman sekarang kita lebih konsumtif, apalagi untuk urusan memikat pasangan dari gadget yang kita punya. (hlm. 55)
  3. Manusia modern akan selalu menjadi manusia yang bergantung dengan teknologi. Tetapi manusia yang bersikap sederhana dan produktif, akan menjadi orang yang mudah dan berhasil. (hlm. 64)
  4. Kebanyakan cewek lebih suka kode-kodean daripada jelasin langsung terang-terangan ke cowok. Nggak sedikit juga dari kaum cewek yang udah kenyang hati, karena kode yang mereka luncurkan sering nggak direspon sama cowoknya. (hlm. 184)
  5. Pelajaran terbaik dari pengalaman adalah bisa mengajarkan ke orang-orang tentang hal buruk yang pernah kita lalui. (hlm. 199)

Keterangan Buku:

Judul                                     : Le Me Gagal Move On

Penulis                                 : Baro Indra

Penyunting                         : M. Kahfie Julianto

Penyelaras akhir               : Andri Agus Fabianto

Penata letak                       : Birgita Tyas

Ilustrator                             : Larung

Penerbit                              : Loveable

Terbit                                    : 2015

ISBN                                      : 978-602-0900-15-5

Beberapa bocoran meme unyu dalam buku ini:

WP_20150530_008WP_20150530_009WP_20150530_010WP_20150530_011WP_20150530_012WP_20150530_013WP_20150530_015

This Star Won’t Go Out

$
0
0
THIS STAR WON’T GO OUT

Jangan lupa menjadi orang yang menakjubkan. (hlm. 117)

 

Adalah ESTHER GRACE EARL, seorang remaja yang menginspirasi John Green untuk menulis The Faults in Our Stars. Meski demikian, kisahnya sama sekali berbeda dengan nasib Hazel Grace Lancaster di buku tersebut. Esther justru lebih luar biasa dan lebih hidup dalam menghadapi kenyataan hidup. Esther ada di dunia nyata, sedangkan Hazel hanya ada di fiksi.

Ini adalah memoar yang ditulis Esther, berisi kesehariannya yang dia tulis dan ada juga selipan kisah-kisah kehidupan Esther dari orang-orang terdekatnya. Jaman sekarang, sudah jarang kita temukan remaja yang menulis catatan hariannya, terkecuali Esther ini. Dulu saya punya kebiasaan ini, dimulai dari kelas 3 SD, saat pertama kali mendapatkan buku diary kecil hadiah dari mama. Berlanjut sampai SMA, saya memiliki lima buku diary yang masih disimpan sampai sekarang. Ini mungkin kebiasaan yang menurun dari mama, karena selama hidupnya, mama memiliki banyak buku diary yang saya simpan juga sampai sekarang. Sayangnya, kebiasaan menulis catatan harian tidak berlanjut saat kuliah. Saat ngekos, saya menemukan satu teman kosan yang selalu menuliskan kegiatannya di catatan harian. Ritual ini dilakukannya menjelang tidur. Ya, selama satu semester, dia tidak berani tidur di kamarnya sendiri, kamar saya menjadi kamarnya untuk sementara, jadi saya sering lihat dia menulis kegiatannya setelah seharian beraktivitas sebelum tidur. Setiap hari loh, salut!! ;)

Ada banyak kemiripan almarhum mama dengan si Esther ini. Selain sama-sama menuangkan kisah hidupnya di buku harian, kesamaan lainnya adalah tetap semangat hidup meski tahu umurnya tidak akan lama karena kanker setiap hari menggerogoti. Satu lagi, menginspirasi meski dalam keadaan sakit. Serta tidak pernah mengeluh meski rasa sakit kerap menjalari tubuh. #PukPukEsther

Tulisan Esther yang pertama saya baca di buku ini adalah saat ulang tahun perkawinan ulang tahun orangtua mereka. Di halaman 28 disebutkan jika Esther menerima fakta dia mengidap kanker tiroid. Dia baik-baik saja dan tidak berpura-pura menyangkalnya. Dia tahu bahwa dengan Tuhan semua pasti baik dan dia memiliki keluarga yang melindungi,menyayangi, dan memperhatikannya selama ini :’)

Di halaman 39 juga dituliskan bahwa Esther pahama dia akan segera pergi. Menakutkan, tapi dia merasa sangat damai. Ya, Esther menderita kanker tiroid normal dan dia masuk kategori 0,4% anak yang sembuh. Dia sebenarnya tidak mengkhawatirkan kanker yang dideritanya, tapi dia akan sedih ketika mendengar cerita si A meninggal karena kanker, si B karena menderita kaker. Satu pembelajaran jika ketika kita sedang bersama seseorang yang menderita suatu penyakit, jangan pernah membahas sakitnya dan membadingkannya dengan orang lain yang memiliki penyakit sama. Jangan dibedakan, anggap saja mereka sama dengan mereka. Mereka yang memiliki sakit akan lebih kuat jika dianggap sama, bukan untuk dikasihani dan diistimewakan yang justru mengingatan mereka akan penyakit yang mereka derita.

Di memoarnya, ada banyak sekali goresan karyanya. Cek saja di halaman 65, dia membuat lebih dari lima puluh emoticon versinya sendiri. Esther juga seperti remaja pada umumnya. Meski selang pernapasan bertengger di wajahnya, dan membawa dua tabung oksigen besar, keluarga Esther mengajaknya makan malan di luar untuk makan lobster yang super besar. Kita juga bisa melihat list keinginan Esther sebelum pergi, sederhana tapi justru menakjubkan. Di halaman 207, dia juga iseng seperti remaja pada umumnya; mencuri rok boneka barbie x))

Apa yang membuat Esther kuat menghadapi hidup? Selain dukungan keluarga dan teman-teman yang selalu ada untuknya, Esther sangat percaya Tuhan. Di halaman 83 disebutkan Tuhan jauh lebih mencintainya. Banyak sekali cinta dari-Nya. Tuhan Maha Menyediakan.

Meski sakit, bukan berarti Esther hanya tidur-tiduran malas di kamarnya. Dia sangat suka menulis. Disebutkan di halaman 89 bahwa Esther memiliki 10-15 blog. Eyaampuuunnn… saya aja punya tiga blog keteteran. Kalah telak dibandingkan ama keaktifan Esther di dunia maya.

Setiap sakit, Esther justru berterima kasih pada Tuhan yang telah membuat rasa sakitnya tidak terlalu lama. Bagi Esther, rasa sakit itu sungguh menyebalkan, tapi selalu lenyap tak lama kemudian.

Ada banyak pelajaran hidup saat membaca memoar Esther ini, bahkan sampai akhir hayatnya masih menginspirasi. Dia mendonasikan organ tubuhnya; kornea. Dia gadis hebat, berani dan mementingkan orang lain. Jika gadis remaja berusia enam belas tahun berpikir ke depan dan yakin tentang hal itu, sebaiknya kita juga demikian. Menginspirasi tidak harus menunggu jadi orang besar, dimulai dari hal-hal yang kecil juga bisa! ;)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Umur pendek bisa berarti kehidupan yang baik dan berwarna, bahwa sangat mungkin untuk hidup dalam depresi tanpa dilesapkan olehnya, dan makna dari kehidupan ditemukan bersama, dalam keluarga dan persahabatan yang melampaui dan bertahan dari berbagai macam penderitaan. (hlm. 9)
  2. Fantasi bukanlah pelarian dari dunia kita, tetapi sebagai ajakan agar kita masuk semakin ke dalam dunia kita. (hlm. 185)
  3. Cinta lebih kuat daripada kematian. (hlm. 221)

Cinta Dunia Maya

$
0
0
Soulmate.Com

Terkadang seseorang bisa merasa bosan dengan perjalanan cinta yang dialami di dunia nyata. Mereka ingin mencari 'pandangan' lain di waktu dan ruang yang berbeda, yaitu dunia maya. Sebuah dunia yang luasnya tidak terhingga, namun bisa dijangkau hanya dengan lima senti jarak jemari kita dengan mouse. Demikian pula yang terjadi pada Nadya. 

Ia merasa bahwa apa yang dimilikinya yang dinilai terlalu sempurna bagi gadis-gadis seusianya belumlah cukup. Kisah cintanya tak semulus kisah perjalanan karirnya. 

Namun, ketika ia bertemu dengan Oka, pria sederhana yang bisa dibilang jauh dibawah level kewibawaannya justru malah mampu membuatnya kembali merasakan cinta yang semula diyakininya 'cinta tak pernah berpihak padaku'. 

Ketika Nadya nyaris tak lagi memedulikan atribut 'gadis metropolitan' yang menempel pada dirinya, Oka justru seolah seperti 'menamparnya' dan memaksa Nadya kembali menjadi dirinya. Apa maksudnya?

Haruskah Nadya kembali menjadi dirinya seperti yang diinginkan Oka? Ataukah ia harus membangkitkan lagi mimpi Cinderella masa kecilnya?

Membaca cerita ini seakan membawa kita menemani Nadya menjalani hari-harinya menjadi manusia metropolitan dengan segala kesibukannya. Membawa kita seolah kita merasakan cinta seperti yang dialami Nadya dalam kisah ini. Seakan 'kita'lah sang Nadya. Seru dan menarik. Cerita yang mampu membangkitkan rasa penasaran pembaca dan kemudian membuatnya terharu.   

Cinta Sejati akan Selalu Ada

$
0
0
April Cafe

Menjadi seorang wanita yang sukses meniti bisnisnya di Batam cukup membuat Dina tersenyum dan melupakan permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapinya, termasuk soal cinta. Ia terus merintis bisnis cafe-nya hingga menjadi sebuah cafe yang cukup dikenal masyarakat.

Dina menyadari bahwasanya tidaklah mungkin hidup tanpa cinta. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan seorang pria berdarah Pakistan yang cukup memesonanya, dan memanggil namanya dengan sebutan yang lain. 

Saat Dina percaya bahwa Tuhan mungkin mengirimkan jodoh untuknya melalui pria berdarah Pakistan ini, muncullah seseorang dari masa lalunya yang kembali menanyakan kisah cinta mereka yang bahkan Dina ataupun pria itu sendiri tak pernah mangakui bahwa dulu mereka adalah 'pasangan'

Hidup adalah pilihan. Dan, manusia akan selalu dihadapkan pada sebuah pilihan yang terkadang sangat sulit untuk diambil keputusan. Dan, pilihan itu selalu merujuk pada kata 'YA' atau 'TIDAK'. Sanggupkah Dina menolak ajakan pria Pakistan itu untuk menikah ataukah ia harus kembali kepada pria yang dulu pernah sangat dipujanya?

Cerita yang sangat menarik, yang mampu membangkikan rasa penasaran di tiap bab-nya. Membaca cerita ini tak akan bisa berhenti hingga pembaca menyelesaikan membaca keseluruhan isi cerita.  


The Chronicles of Audy 4/4

$
0
0
The Chronicles of Audy: 4/4

“Kamu adalah entitas yang jadi kelemahan sekaligus kekuatanku; yang membuatku merasa lebih hidup.” (hlm. 10)

 

Masih ingat kisah Audy yang terjebak oleh masalah ekonomi di akhir semester kuliahnya yang harusnya sudah menyusun skripsi? Karena masalah keuangan itulah dulu dia sempat tinggal di rumah 4R bersaudara ini; Regan, Romeo, Rex, dan Rafael. Audy awalnya dijebak kontrak sepihak oleh Regan si kakak pertama dan dijadikan pembantu, padahal awalnya Audy hanya akan bekerja sebagai babysitter si bungsu Rafael.

Saat itu, Audy naksir Regan (karena dia ganteng, dewasa, punya lesung pipit, dan lain sebagainya), tapi Regan sudah memiliki tunangan supercantik yang baru saja sadar dari koma bernama Maura. Audy memutuskan untuk menyerah tentangnya dan sedang berusaha hidup sebagai bagian dari keluarga itu saat tahu-tahu saja, Rex si anak ketiga muncul ke pandangannya, cemburu terhadap kedekatannya dengan saudara-saudaranya, lalu puncaknya menyatakan perasaannya.

“Kapan kamu mau mulai buat skripsimu? Setelah IQ-mu naik? Tepatnya kapan?” (hlm. 47)

“Bersikap kayak IQ itu nggak penting dan kerjain aja itu skripsi!” (hlm. 59)

Audy sudah berusaha menyikapinya dengan kepala dingin, untuk tidak terpengaruh sikap Rex yang merupakan percampuran rumit antara genius dan labil, tapi ketika akan memutuskan pindah dari rumahnya, dia tiba-tiba saja terlihat berbeda. Dia terlihat jauh lebih dewasa dengan pemikiran-pemikiran Plato-nya, plus menyebutkan kalimat yang selalu membuat Audy luluh.

Audy pikir, setelah benar-benar pindah dari rumahnya, Audy akan bisa kembali berpikir jernih dan berkonsentrasi pada skripsinya, tapi ternyata Audy salah besar.

“Apa sih Rex, yang bikin kamu suka aku? Maksudku, selain teori Plato iti. Harusnya secara hukum alam atau apalah, kamu gemes –bukan dalam artian baik- sama orang-orang kayak aku, kan? Aku… salah satu orang yang nggak bisa ngerjain soal logaritma mudah itu.”

“Tapi kamu satu-satunya orang yang pengin aku ajarin soal logaritma itu.” (hlm. 157)

Karena di buku pertama dan buku kedua, reviewnya mengandung spoiler, postingan review buku ketiga ini juga mengandung spoiler akut. Jadi buat yang penasaran ama kisah Audy dan 4R mending langsung skip aja bagian ini sampai bawah x))

Jadi, Audy sudah move on dari Regan semenjak buku kedua. Dan sejak Rex menyatakan perasaannya di buku kedua, di buku ketiga ini hati Audy makin kebat-kebit oleh sikap ABG genius bin labil ini. Perut Audy seperti dipenuhi kupu-kupu. Ditambah lagi Rex pasca UN selalu memburunya untuk urusan skripsi. Bayangkan, mahasiswa semester sepuluh malah diajarin skrpisi ama anak SMA. Ya maklumin aja, Rex ini jenius. Saking gemasnya ama kelakuan Audy, Rex menguji Audy untuk menyelesaikan sebuah rubik. Butuh waktu lama bagi Audy untuk menyelesaikannya. Padahal bagi Rafael unyu bisa menyelesaikannya dalam hitungan detik saja. #PukPukAudy

Kegeniusan Rex tentu nggak sebanding dengan Audy yang super ceroboh. Semenjak masalah rubik itu, Audy jadi berpikir jika hidupnya amat sangat nggak sebanding dengan Rex yang sangat berpikiran masa depan. Bayangin aja, tiap ketemu ama Audy, bukannya minimal nanya kabar atau basa-basi dulu gitu, ini pasti langsung nanya skripsinya Audy x)) #PukPukAudyLagi

“Selama bareng aku, aku nggak akan membiarkan membiarkan kamu stres.” (hlm. 217)

Jika di buku pertama dan buku kedua, meleleh ama sikap Rex si ABG genius bin labil ini. Di buku ketiga malah beralih hati ke Romeo yang di buku ini sukses mencuri perhatian. Dibalik sikapnya yang paling cuek dan terkesan masa bodoh dalam hidup, justru dia yang paling peduli dengan keutuhan 4R untuk selalu bersama. Dibalik penampilannya yang sehari-harinya semrawutan (karena jarang mandi apalagi keramas), ternyata Romeo menyimpan luka, cek saja di halaman 128. Suka bagaimana bisa menghibur Audy di Taman Pintar saat mendampingi Rafael saat study tour dan juga saat menemani Audy yang putus asa dengan mengajaknya pesta ronde yaitu minum ronde sebanyak-banyaknya x))

“Kamu bisa bertahan sedikit lebih lama dan bersemangat seperti Audy yang biasanya. Atau kamu bisa melanjutkan hidup dan bersemangat seperti Audy yang biasanya.” (hlm. 232)

Sebenarnya ada hal kenapa Rex terus-terus menyuruh Audy untuk menyelesaikan skripsinya. Meski Rafael lebih dekat dengan Romeo, sesungguhnya sifat Rafael malah lebih mirip Rex. Kasus Rex dan Rafael ini mengingatkan saya akan buku Totto-chan, sebuah kisah nyata buku Jepang di mana tokoh anak yang diceritakan dalam buku tersebut dianggap berbeda oleh teman-teman dan juga guru di sekolah hanya karena dia lebih genius dibandingkan yang lain.

Mengerti sih kenapa Audy merasa kesusahan untuk mengimbangi Rex yang genius ini, karena percayalah jika kita menjalin suatu hubungan dengan orang yang sangat jauh berbeda pemikirannya dari kita, akan susah untuk mengimbanginya, malah akhirnya bikin capek sendiri dan tersiksa. #pengalaman x))

Nah, apakah Audy akan tetap bertahan dengan sekumpulan kupu-kupu di perutnya atau berusaha jalan ke depan dan fokus menyelesaikan skripsinya?!?

“Jangan lupa Dy, kalau Rex hanya ¼. ¾ sisanya juga membutuhkan kamu, sama besarnya.” (hlm. 232)

Satu lagi yang belum dibahas adalah soal Regan. Sebagai kakak paling tua dan memiliki tanggungan besar untuk memikirkan ketiga adiknya, Regan dituntut untuk bekerja lebih giat. Ditambah lagi akan rencana persiapan pernikahannya yang memakan tidak hanya sedikit biaya. Ternyata untuk seorang Regan pun pusing akan biaya pernikahan karenan tuntutan pihak keluarga perempuan. Representasi dilemanya orang-orang yang mau menikah nih. Bahkan Regan sempat memutuskan untuk mengambil dana pinjaman demi menyenangkan hati calon istri dan keluarganya.

Meski ditengah kesibukannya bekerja, Regan selalu menyempatkan pulang ke rumah untuk mengantarkan makan siang bagi ketiga adiknya plus untuk Audy juga yang sudah dianggap bagian keluarga di rumah 4R.

Lumayan banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Banyak ahli yang percaya kalau IQ bisa berubah-ubah sepanjang waktu. Fluktuatif. Bisa naik, bisa turun, tergantung banyak faktor. (hlm. 29)
  2. Hidup ini begitu penuh misteri. (hlm. 78)
  3. Keluarga saling membantu sama lain, kan? (hlm. 103)
  4. Cinta pertama memang tak terlupakan. (hlm. 128)
  5. Kamu bebas menyukai siapa saja. (hlm. 165)
  6. Seperti kata Heraclitus, perubahan adalah satu-satunya hal yang tetap. Sesuatu yang nggak bisa dihindari. Kita selamanya nggak bisa berkembang kalau terus-terusan hidup di zona nyaman. (hlm. 252)
  7. Tapi kadang-kadang, hidup itu soal memilih. (hlm. 280)

Ada juga beberapa selipan sindian halus dalam buku ini:

  1. Cinta membuat orang terjenius sekalipun menjadi gila, kan? (hlm. 20)
  2. Tidur hanya untuk yang lemah. (hlm. 22)
  3. Nangis hanya untuk yang lemah. (hlm. 257)
  4. Kamu hanya harus berhenti menganggap kamu nggak tertolong. Jangan meremehkan diri sendiri. (hlm. 276)

Yang agal mengganjal cuma satu, Rex kan sudah selesai UN, tapi kenapa masih sering banget ke sekolah? Biasanya sih, kalo pasca UN, udah jarang siswa kelas XII ke sekolah, kan udah nggak ada KBM juga…. x))

Buku ketiga ini sukses saya selesaikan membacanya dalam waktu semalam. Tetap memikat seperti dua buku sebelumnya. Dan nggak sabar nunggu seri keempatnya! ;)

Recollection

$
0
0
RECOLLECTION
Menjelang festival perayaan musim kemarau, serangkaian pembunuhan sadis terjadi di desa Dominia, membuat para warga desa menjadi resah dan jam malam pun diberlakukan. Elya, gadis Vier-Elv yang juga penduduk Dominia menemukan seorang pemuda misterius dalam keadaan sekarat di malam terjadinya salah satu peristiwa pembunuhan sadis tersebut. 
 
Namun alih-alih mencurigai keterlibatan pemuda misterius tersebut, Elya memutuskan untuk membawa pemuda tersebut ke rumahnya serta merawat luka-lukanya dengan harapan saat si pemuda siuman, ia bisa memberitahukan bagaimana peristiwa pembunuhan sadis tersebut terjadi. Sayang harapan Elya pupus, karena saat tersadar si pemuda tidak ingat siapa dirinya dan tidak bisa memberi petunjuk apa pun mengenai peristiwa pembunuhan sadis tersebut. Karena si pemuda lupa akan namanya, Elya memutuskan untuk memberi nama si pemuda misterius tersebut, Lucca, yang berarti "Si Anak Hilang."
 
Sementara rentetan pembunuhan sadis masih terus terjadi di sekitar Dominia, Lucca mendapati beberapa kilasan ingatannya kembali dan menyadari bahwa ia ada hubungannya dengan salah satu peristiwa pembunuhan di Dominia. 
 
Siapakah sebenarnya Lucca? Apakah ia ada hubungannya dengan peristiwa-peristiwa pembunuhan sadis yang terjadi di Dominia? Siapakah pelaku dari serangkaian pembunuhan sadis tersebut? Apa motif dibalik peristiwa pembunuhan tersebut di sekitar Dominia?

My thought

Misteri fantasi. Itulah yang ada dalam benak saya sepanjang membaca Recollection. Karena kisahnya seperti novel detektif. Di mana ada pembunuhan lalu beberapa petunjuk mulai terungkap dan pembaca terus dibuat penasaran dengan serangkaian peristiwa pembunuhan yang terjadi di sekitar desa Dominia sambil menebak-nebak si pelaku. Cerita kali ini bukan menyelamatkan Ther Melian yang melibatkan kerjasama antara ras dan negara tapi menyelamatkan sebuah desa dan battlenya pun hanya skala kecil. Meski begitu, cerita tetap enak diikuti dan prosanya pun ngalir. 
 
Meski buku ini terbit sesudah Ther Melian, namun cerita dan setting waktunya sendiri terjadi 20 tahun sebelum peristiwa di buku tetralogi Ther Melian, jadi lebih cocok disebut prekuel. 
 
Plot
Plotnya rapih dan runut, meski awal-awal kisah digulirkan secara lamban karena penulis berusaha membangun adegannya cukup detil. Tapi karena plot yang rapih, sebagai pembaca saya selalu dibuat penasaran akan "apa yang terjadi berikutnya." dan saya suka dengan twistnya meski akibat baca review, saya jadi sudah tahu apa itu twistnya. Dan saya juga suka bagaimana ending si villain yang penyelesaiannya cukup though, karena sering villainnya digambarkan megalomaniac psikopat pintar, tapi ternyata "akhirnya githu" doank. Untunglah tidak di Recollection.
 
Gaya Bahasa
Sama seperti Ther Melian, karena segmen novel ini adalah remaja, gaya bahasanya ringan dan sederhana. Saya lebih suka gaya bahasa seperti ini daripada gaya bahasa yang berusaha keras terlalu "nyastra" dan justru bikin kening berkerut. 
 
Karakter
 
Dua tokoh utama Elya dan Lucca adalah tokoh-tokoh dengan moral putih dan cenderung lurus. Jadi saya kira, mereka akan mudah disukai oleh pembaca. Meski terkadang tokoh Elya terlihat terlalu naif dan terlalu positif thinking, membuatnya terlihat one dimesional. Meski ditinggal oleh ibunya yang manusia, Elya sama sekali tidak menyimpan kepahitan terhadap manusia. Apakah memang faktor didikan ayahnya? Tapi saya ingin melihat perasaan dan pendapat Elya terkait masalah rasial, yang sayangnya kurang dibahas. 
 
Sedangkan untuk Lucca, "job" dan statusnya yang hilang ingatan membuatnya misterius meski sifatnya yang "anak baik-baik" bikin kesan misteriusnya berkurang, selain itu karakternya pun tergolong serius. 
 
Beberapa karakter dari Ther Melian juga ada di sini, meski perannya hanya figuran seperti Valadin yang idealisnya sudah kelihatan jelas, untung di sini dia nggak annoying. Tapi kalau ditanya siapa karakter favorit saya di Recollection, maka jawabnya adalah Sorren Noleril, ayah Elya yang mulutnya "nyablak" tapi karena itulah saya suka Sorren. Celoteh Sorren membuat cerita menjadi kocak. 
 
Romance
Romancenya cuma bumbu penyedap dan juga digambarkan secara halus, jadinya tidak terasa keju seperti beberapa adegan dalam Anthology. Dan saya justru suka sama adegan romance secara subtle ini, karena bagaimanapun juga fokus utama cerita lebih ke misteri dan menyelamatkan Dominia. 
 
Cover dan Ilustrasi
Kalau ada yang saya kurang suka dari buku ini ada pada ilustrasi di sampul dan ilustrasi pada tiap awal bab. Saya tidak suka bukan karena gambarnya jelek, sebaliknya gambarnya cukup bagus menurut saya, hanya saya saya kurang suka latar belakang tembok yang hancur dan cara menatap Elya dan Lucca. Mungkin lebih cocok kalau latarnya desa Dominia (bukan cuma temboknya) dengan pose Elya yang siap memanah dan Lucca yang posisinya siaga (bukan jongkok). 
 
Untuk ilustrasi pada tiap awal bab, saya lebih melihatnya sebagai sebuah sketsa kasar daripada ilustrasi. 
 
3.5 bintang saya sematkan untuk Recollection, karena secara keseluruhan saya menikmati ceritanya, namun ada beberapa bagian yang menurut saya bisa lebih dipadatkan. Beberapa adegan berantem terasa seperti membaca manga atau menonton anime, which actually is good because easier to imagine. Akhir kalimat, saya harap akan ada buku-buku spin-off Ther Melian lain dan tidak lagi membahas ras Elvar.

4 Dozen Roses

$
0
0
4 Dozen Roses: Aku Mencintaimu Tanpa Syarat
Ada doktrin yang tertanam dalam pikiran Odilia, sebelum ia memutuskan untuk menikah. 
 
Bahwa laki-laki yang menyayangi keluarganya adalah laki-laki yang pantas untuk dijadikan suami. Karena bagaimana mungkin seorang suami bisa menyayangi keluarga istrinya jika ia bahkan tidak menyayangi keluarganya sendiri? ~hal 10.
 
Namun ternyata tahun pertama mengarungi kehidupan rumah tangga bersama Alan, membuat Odilia menyesali keputusannya sendiri, karena ia harus berbagi perhatian dan finansial suaminya dengan keluarga suaminya. Karena keluarga Alan masih membutuhkan bantuan Alan untuk membiayai kuliah adik Alan, Laura. Tambah lagi ketiadaan anak membuat Odilia tidak bisa menuntut penuh perhatian suaminya. 
 
Karenanya Odilia berpikir bahwa ia harus segera hamil, karena mempunyai anak akan mengubah prioritas Alan untuk lebih mengurangi perhatiannya terhadap keluarganya. Namun ternyata dokter memvonis Odilia akan sulit mempunyai keturunan. 
 
Namun bukan itu saja masalahnya, karena akibat ego masing-masing masalah lain pun berdatangan dan rumah tangga mereka terancam hancur berantakan. 
 
My thought:
 
Kalau melihat tren romance di Indonesia, boleh dibilang saat ini lagi tren domestic romance. Domestic romance adalah romance yang membahas masalah-masalah dalam kehidupan rumah tangga atau pernikalahan. Ada Elex Media dengan Le Marriage-nya lalu ada Grasindo yang (setahu saya) 5 buku terbarunya bergenre domestic romance. Dan buku terbaru dari Christian Simamora juga menyangkut pernikahan. 
 
Kebetulan juga saat ini mood saya untuk bacaaan romantis lebih ke arah domestic romance. Karena saya ingin tahu mengenai seluk beluk masalah-masalah yang umumnya terjadi dalam rumah tangga. Tapi alih-alih beberapa buku domestic romance yang baru terbit, saya malah tertarik untuk membaca buku ini. Review Dinoy dan juga  ketipisan buku, membuat saya memilih 4 Dozen Roses (karena saat ini saya sedang malas membaca buku-buku tebal). Ternyata memang buku ini cukup recommended untuk dibaca. 
 
Pertama, saya suka narasinya yang nyaman dan terasa mengalir saat dibaca. Pemilihan kalimat singkat namun padat dan tidak ada kalimat yang muter-muter atau kalimat basa-basi. Pokoknya semuanya to the point langsung ke inti masalah deh, termasuk dialog-dialog yang ada dalam buku. 
 

Kedua, ide cerita. Sebenarnya ide ceritanya biasa saja sih, tidak ada yang baru. Masalah ketiadaan anak sering diangkat dalam novel domestic romance, namun masalah keberatan istri karena suami juga menjadi tulang punggung keluarga sejujurnya masih agak jarang diangkat (atau saya saja yang baru membaca tema ini). Mungkin karena kultur masyarakat kita yang kekeluargaan, jadi meskipun pasangan tidak suka namun hal tersebut tidak pantas diumbar. Berbeda dengan kultur barat yang individualis.

Ketiga, karakter. Saya suka bagaimana penulis mengeksekusi karakteristik tokoh-tokohnya. Odilia yang sukses membuat jengkel pembaca di paruh pertama buku karena egois dan terlalu mengontrol suaminya, istilahnya istri yang makan hati suami, Namun di satu sisi ada alasan mengapa Odilia berbuat seperti itu yang juga disebabkan oleh ketidakjujuran Alan. Begitupun ada alasan dibalik sikap ketidakjujuran Alan terhadap Odilia.  Pokoknya setiap masalah mempunyai sebab dan akibat. Saya tidak tahu sih apakah sesudah menikah sebaiknya sama sekali tidak ada rahasia di antara suami-istri, karena ada juga yang berpendapat beberapa hal sebaiknya tetap private milik pribadi tanpa harus disharing ke pasangan.

Untuk karakter Alan, awalnya saya cukup suka, karena ia suami yang baik, care dan sabar menghadapi istrinya saat bad mood. Cuma saya tidak suka adegan tampar menampar baik suami ke istri ataupun sebaliknya (prinsip saya dalam rumah tangga adalah tidak boleh ada kekerasan fisik dalam bentuk apapun apalagi karena alasan emosi sesaat). Begitupun saat Alan mencurigai Odilia selingkuh dan langsung minta cerai tanpa diselidiki lebih dahulu. O ya, saya juga kurang suka panggilan sayang Alan ke Odilia, Bunda karena kesannya tua eh ini selera saja sih.

Pesan Moral

Tapi saya suka karena penulis menyisipkan pesan untuk pembaca bahwa untuk menyelamatkan rumah tangga bukan dengan cara mencoba mengubah pasangan, namun justru harus mengubah diri sendiri dahulu. Odilia yang awalnya suka memaksakan kehendaknya di paruh akhir berubah sikap dan berusaha mati-matian mempertahankan rumah tangganya.

Ending

Entah mengapa, rata-rata buku domestic romance yang temanya sulit memiliki keturunan yang saya baca, selalu berakhir dengan adopsi. Yah nggak salah sama sekali sih, kalau pasangan mau punya anak, memang salah satu jalan adalah adopsi. Tapi saya pengen aja baca buku domestic romance yang endingnya tuh grow old together can be happy even without having a child. Seperti video klip dari film UP Disney - Pixar di bawah yang sukses bikin saya mewek.



 

BTW, saya bukannya benci atau nggak suka anak kecil yah, cuma sekarang ini banyak kasus orang tua kesepian karena pas sudah besar anak-anaknya malah meninggalkan mereka.

Cinta tanpa syarat

Novel ini memakai sub judul Aku Mencintaimu Tanpa Syarat. Sebenarnya saya kurang setuju dengan istilah cinta tanpa syarat atau unconditional love, karena menurut saya unconditional love itu justru asking for many conditions LOL. Dan unconditional love itu terkesan membuat pernikahan hanya take it for granted. For better & for worst you always love me (iya kan karena sudah jadi suami istri, kamu harus selalu  menerima keadaanku donk, apakah itu baik atau buruk). Jadi ingat kutipan dari Gone Girl


"Ini membuatku berpikir semua orang sangat salah, bahwa cinta seharusnya memiliki banyak syarat. Cinta seharusnya menuntut kedua orang untuk menjadi yang terbaik setiap saat. Cinta tanpa syarat adalah cinta yang tidak disiplin dan seperti yang kita semua sudah lihat, cinta yang tidak disiplin adalah bencana." ~Gillian Flynn (Gone Girl)

Yah, untuk kali ini, saya setuju sama Amazing Amy, meskipun dia psycho.

Serba 90-an dalam Komik

$
0
0
SERBA 90-AN DALAM KOMIK

Komik ini berisi serba-serbi permainan, kegiatan, dan kebiasaan-kebiasaan yang populer di era-90an ketika kita khususnya anak-anak belum dilanda demam gadget seperti sekarang. Saya tidak akan berpanjang-panjang dalam mereview komik ini karena khawatir menggangu kenikmatan dan membiarkan calon pembaca komik ini untuk menduga-duga sendiri apa yang akan mereka temui dalam lembar demi lembar komik ini.

Secara keseluruhan komik ini berhasil mengangkat hal-hal menarik yang pernah kita alami di era-90an ketika kita masih sekolah dalam panel-panel gambar yang dinamis dengan eksrpesi wajah-wajah lucu dari orang-orang yang ada di dalamnya. Singkat kata komik ini akan membawa kita kembali ke masa-masa indah ketika masih anak-anak dengan senyum dan tawa sambil meningat kebodohan-kebodohan dan keisengan yang mungkin pernah kita lakukan seperti yang tertuang dalam puluhan judul dalam komik ini.

Tidak hanya berisi komik hitam putih, buku ini juga menyajikan beberapa halaman berwarna, dan di bagian paling akhir ada bonus berupa lirik dan kord gitar dari lagu tema film yang populer di tahun 90-an yaitu OST Keluarga Cemara, Remi, dan Honey Bee Hatch.
 

Akhir kita, ini endorsment saya untuk komik ini.
 




Berikut contoh beberapa panel gambar yang ada di buku ini







@htanzil

Majo Sady

$
0
0
Majo & Sady

Karena Tuhan cuma akan memberikan rasa sakit sebatas kemampuan umat-Nya saja. (hlm. 21)

 

Sebenarnya udah lama banget nyidam komik ini dari kali pertama terbit. Dan baru kesampaian bisa beli bukunya. Harganya lumayan euy, tapi memang sebanding dengan jumlah halamannya yang lumayan tebal dan kualitas isinya ;)

Majo dan Sady adalah sepasang suami istri yang bisa dikatakan anti-mainstream. Kenapa? Majo adalah suami yang melakukan pekerjaan rumah. Dan Sady adalah istri yang bekerja di kantor. Komik ini adalah rangkaian cerita kehidupan sehari-hari mereka.

WP_20150726_011WP_20150726_019WP_20150726_020

Sebenarnya bukan kali ini mendengar cerita tentang suami di rumah dan istri yang bekerja. Dalam kehidupan sehari-hari, tepatnya sewaktu menempuh masa KKN jaman kuliah, warga tempat saya dan kawan-kawan KKN, tipikal masyarakatnya adalah para istri bekerja di pabrik, sedangkan para suami yang melakukan pekerjaan rumah tangga termasuk mengasuh anak. Kenapa justru istri yang bekerja? Di daerah tersebut ladang mata pencaharian hanyalah pabrik, sedangkan pabrik cenderung lebih memilih pekerja perempuan daripada laki-laki, upah perempuan memang lebih murah daripada upah laki-laki. Jadi agak lumayan repot juga dulu awal mula menjalankan program kerja semasa KKN, karena kami harus cari akal buat program yang dominan untuk ke ketrampilan laki-laki x))

Balik ke kisah Majo dan Sady, mereka seperti pasangan suami istri pada umumnya yang memiliki problema pribadi maupun problema rumah tangga. Berikut beberapa cerita favorit:

Terlihat jelas perbedaan penyakit konsumtif antara laki-laki dan perempuan. Sady representasi para perempuan yang umumnya gila belanja, lemah iman terhadap diskonan dan selalu merasa tidak punya sepatu padahal sepatunya udah selemari x))

Beda halnya dengan para lelaki seperti Majo, mau beli satu barang yang diidam-idamkan saja, udah sewot Sady untuk memperingatkannya agar nggak macam beli barang yang menurutnya nggak berguna, Sady memang tipikal emak-emak banget, konsumtif buat diri sendiri tapi perhitungan kalo untuk kebutuhan pasangan, gyahahaha… :D

WP_20150726_022WP_20150726_026

Seperti pasangan suami istri di kota besar, umumnya jarang berkomunikasi satu sama lain. Waktu masing-masing habis dengan kesibukannya sendiri. Quality time pun berkurang. Nah, berhubung Majo maniak banget ama games, Majo mengusulkan quality time mereka yaitu maen game bareng yang sudah pasti ditolak mentah-mentah oleh Sady. Lemparan bogem pun dia layangkan ke Majo :D:DWP_20150726_021

Ini sifat Sady yang saya banget; pelupa akut. Apa-apa musti ditulis biar nggak lupa. Makanya saya kerap dipanggil dengan sebutan Nenek, bahkan sejak SD x))

WP_20150726_023

Ini juga saya banget, sifat Sady yang bawel ama sesuatu yang nggak pada tempatnya. Toss dulu ama Sady, kalo dipikir-pikir banyak sifat Sady yang mirip saya x))

WP_20150726_024

Dan ini pencitraan para menantu ketika mertua datang untuk inspeksi rumah tangga anaknya:  WP_20150726_027WP_20150726_028

Uwow, suka banget ama komik ini. Kisah Majo & Sady memang menarik untuk diikuti. Jadi nggak sabar baca volume selanjutnya! ;)

Keterangan Buku:

Kota di Djawa Tempo Doeloe

$
0
0
Kota Di Djawa Tempo Doeloe

Kartu pos di masa kini bisa dikatakan kurang populer digunakan dan sudah sangat jarang ditemui. Alih-alih mengirim kartu pos untuk mengabarkan bahwa kita berada di sebuah kota  kini kita lebih suka memfoto dan mengirimnya langsung ke orang tertentu atau mengupload-nya di sosial media melalui smarphone kita.

Walau kini sudah jadi barang langka dan dilupakan orang namun kartu pos pernah mengalami masa-masa emas di seluruh pelosok dunia di akhir abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20. Saat itu kartu pos merupakan media korespondensi yang terpenting untuk kalangan yang bisa baca tulis.

Kartu pos generasi pertama di Indonesia lahir pada tahun 1874 oleh pos negara, yaitu pemerintahan Hindia Belanda. Awalnya kartu pos masih berbentuk selembar kartu tanpa gambar/foto. Lembar pertama untuk alamat penerima dengan perangko yang telah tercetak, sedangkan satu sisi lagi digunakan untuk menulis surat/pesan. Kartu pos bergambar sendiri baru terbit pada tahun 1900an. Di awal abad ke 20 gambar atau foto-foto yang ditampilkan tidak hanya berupa pemandangan alam tempat wisata  seperti yang tedapat di kartu-kartu pos modern melainkan menampilkan situasi kota, bangunan, dan khazanah kebudayaan lokal.

Seperti apa kartu-kartu pos di Indonesia tempo doeloe? bersyukur karena berkat ketekunan Olivier Johannes Raap, seorang  kolektor kartu pos lawas kelahiran Belanda, kartu-kartu pos itu tetap terlestarikan dengan baik dan kini bisa dinikmati oleh kita semua lewat beberapa bukunya yang telah terbit.
 

(Koleksi kartu pos Olivier Johannes Raap)

Setelah menerbitkan dua buku yang menampilkan koleksi kartu2 posnya yaitu Pekerdja di Djawa Tempo Doeloe (Galang Press, Maret 2013) dan Soeka-Doeka di Djawa Tempo Doeloe (KPG, Oktober 2013) kini Olivier menerbitkan kembali sebuah buku  tentang kartu pos yang secara khusus menampilkan panorama dan  unsur-unsur kota-kota  di Jawa tempo doeloe (1900-an - 1950). Seperti di buku-buku sebelumnya, buku ini juga menyajikan foto-foto kartu pos disertai deskripsi yang detail pada tiap-tiap kartu posnya. Karena sebuah kota merupakan bagian dari catatan sejarah maka di bukunya yang terbaru ini penulis menyertakan data-data sejarah terkait foto dan kondisi terkini dari bangunan atau tempat yang terekam dalam kartu pos-kartu pos tersebut.





Di bukunya ini, penulis membagi kartu-kartu posnya ke dalam 17 bab di mana di masing-masing bab diberi pengantar yang lugas, jernih dan sangat informatif bagi pembacanya




Sebagai sebuah buku yang menyajikan 277 lembar foto kartu pos dari 44 kota di Jawa diantaranya Batavia, Bandung, Surabaya (masing-masing diwakili oleh 20 kartu pos lebih), dll  buku ini dapat mewakili kondisi seperti apa panorama kota-kota di Jawa tempo doeloe.  Deskripsinya yang detail akan apa yang tergambar dalam tiap lembar kartu posnya plus muatan sejarahnya membuat buku ini dapat dikatakan sebagai sebuah buku sejarah populer yang menarik untuk dibaca oleh semua kalangan.





Hal-hal menarik, unik, dan menambah wawasan terungkap dalam buku ini, antara lain Jembatan besi pertama di Jawa di sungai Brantas - Kediri yang dibangun pada tahun 1855 yang hingga kini masih befungsi, pelabuhan Surabaya yang di masa itu diharapkan dalam mengungguli pelabuhan Singapura, gardu ronda yang menyediakan kendi untuk pejalan kaki, dll.  Ketika membahas bangunan kita akan diajak mengenal model-model bangunan tua baik di kota maupun di kampung baik dari segi arsitektur keseluruhan bangunan maupun dari kekhasan atap, bahan bangunan, dll. Di pembahasan mengenai jalan kita akan mengerti asal-usul penamaan jalan, persimpangan jalan, jalan-jalan pertokoan, dan sebagainya.



Dari segi penyajian fotonya karena seluruh halaman buku ini dicetak di atas kertas art paper yang mengkilat maka ratusan foto kartu pos lawas tersaji secara tajam dan sempurna. Ukuran buku yang agak besar dan foto tiap kartu pos yang sedikit besar dibanding kartu pos aslinya juga membuat pembaca bisa lebih detail menikmati foto-fotonya. Sayangnya ada beberapa foto kartu pos yang diperbesar hingga menyeberang halaman sehingga bagian yang terkena lipatan buku menjadi tidak bisa dilihat secara baik.

Akhir kata sebagai sebuah buku yang menyajikan panorama kota-kota di Jawa tempo doeloe plus deksripsinya buku ini akan membawa pembacanya memasuki mesin waktu untuk menyusuri kota-kota di Jawa di akhir abad ke 19 hingga pertengahan abad ke 20. Pemandangan kota yang indah, unsur-unsur pembentuk kota, toponimi, dan sejarah yang terungkap di buku ini tentunya akan menambah wawasan pembacanya akan sejarah dan budaya di tiap-tiap kota baik secara visual maupun naratif.

Melalui buku ini juga kita bisa melihat bagaimana bagian-bagian kota yang ada di buku ini telah hilang tergerus oleh arus modernisasi. Ada kehijauan dan keasrian yang hilang, bangunan-bangunan heritage yang dengan cita rasa arsitektural yang tinggi telah berganti wajah dengan bangunan modern dan sebagainya. Dengan membaca buku ini diharapkan generasi kini bisa lebih mencintai kotanya dengan berkaca dari masa lampau, memelihara unsur-unsur kota yang perlu dilestarikan, menghargai bangunan-bangunan tuanya dan memelihara kotanya agar tetap nyaman dan tertata dengan baik.

Akan sangat baik jika buku ini juga bisa diterbitkan dalam bahasa Inggris agar sejarah kota-kota di Indonesia masa lampau juga dapat dinikmati oleh orang-orang asing yang ingin mengenal kota-kota di Indonesia di masa lampau dengan cara yang menyenangkan.

@htanzil

Segenggam Daun di Tepi La Seine

$
0
0
Amore: Segenggam Daun di Tepi La Seine

Jarak muncul begitu saja sejak bumi tercipta, ke dalam sanubari manusia, membuat yang dekat menjadi jauh, yang jauh menjadi tak teersentuh, atau sebaliknya. (hlm. 13)

 

Ajeng tidak pernah punya tujuan. Di Paris ini, dia justru menjalani profesi baru sebagai ibu rumah tangga. Padahal tak pernah terpikir oleh Ajeng sebelumnya. Ajeng tak pernah peduli pada rumah. Ajeng juga tidak peduli pada pekerjaannya, di HRD sebuah perusahaan elektronik, yang sebenarnya sesuai pendidikannya di fakultas psikologi. Dulu Ajeng kuliah di fakultas itu karena itulah yang diarahkan Bapak. Ajeng hampir tidak berpikir panjang tentang apa yang diinginkannya.

Tidak seperti Yves, yang seakan dituntun sebuah kompas. Ke mana dia melangkah, di situlah tekda dan kemantapan bertahta. Bidang yang digelutinya, keuangang, sepertinya membosankan. Tapi, Yves tampak sangat mencintainya. Dia mencintai angka-angka, perencanaan dan keteraturan. Tidak pernah Ajeng melihat Yves terbebani dengan pekerjaan. Yves selalu berangkat kerja dengan muka riang, santai, dan memancarkan semangat.

Lewat kehidupan Ajeng dan Yves, ada banyak selipan represntasi kehidupan di Paris.

  1. Penghuni Paris mudah sekali tertekan. Metro telat tiga menit saja seperti akhir dari kehidupan mereka. Muka bertekuk ada di mana-mana. Warga Paris sangat menghargai waktu.
  2. Orang Prancis sebagian besar menyimpan surat-surat penting. Misal, surat-surat pajak it penting sekali, makanya berkasnya harus disimpan selama sepuluh tahun. Surat-surat lainnya seperti surat listrik, tagihan air, dan asuransi juga. Bahkan ada orang yang menawarkan jasa mengerjakan pengaturan file ini dengan datang ke rumah mereka. Wah, sepertinya pekerjaan arsiparis sepertinya laku ya di negara ini ;)
  3. Selain tepat waktu, kehidupan orang Prancis juga teratur. Makan saja jadi susah, ada jamnya. Nggak seperti kita kalau lapar ya makan, hehe… ada kejadian sepele yang merupakan selipan gegar budaya terutama adab makan. Ketika Ajeng menyuguhkan mangga, Yves menolaknya dengan alasan mangga bukan makanan pembuka. Wah, ternyata di sana nggak sembarang makan ya?!? X))
  4. Ketika berkunjung ke rumah orangtua, orang Prancis kudu membawa buah tangan. Kalau ini kayaknya nggak beda dengan budaya kita ya, kalau berkunjung ke saudara yang jauh atau ke rumah orang yang lebih tua biasanya membawa buah tangan, minimal buah-buahan gitu.
  5. Seperti kita ketahui, jilbab dilarang dikenakan di sekolah di negara ini. Ternyata hal itu tidak berlaku untuk agama Islam saja. Agama lain pun dilarang melakukan hal yang sama. Orang Yahudi dilarang pakai Bintang Daud, orang Kristen atau Katolik dilarang pakai kalung salib yang besar. Sebenarnya yang mau bersekolah agama, bisa masuk sekolah swasta. Di sana tidak dilarang penggunaan simbol keagamaan. Wah, pengetahuan baru nih bagi kita yang awam.
  6. Masih berhubungan dengan poin sebelumnya soal agama. Di KTP mereka tidak mencantumkan agama. Setuju sih ama komentar Cyril di halaman 80; “Bagiku agama belum tentu berhubungan dengan moral.” Kenapa saya setuju dengan kalimat tersebut? Seperti kita ketahui, banyak orang yang ibadahnya kuat, tapi korupsinya juga kuat. #PLAAKKK
  7. Orang Prancis sangat bangga dengan bangsanya. Mereka lebih suka menggunakan bahasa Prancis daripada bahasa lain untuk berkomunikasi. Beda banget ya ama orang Indonesia, kalo ada yang pakai bahasa daerah ketika berkomunikasi dengan sesuku terkadang dikatakan ndeso, padahal kan ini merupakan salah satu melestarikan budaya; terutama bahasa. Boleh-boleh saja sih sedari kecil mendidik anak dengan bahasa Inggris, tapi terkadang mama-mama muda menyepelekan arti pentingnya anak yang seharusnya memahami bahasa daerahnya.
  8. Prancis sangat ketat soal pajak. Bahkan untuk orang yang tak punya penghasilan, tagihan pajak akan tetap terkirim, namun di dalamnya tercantum ‘bebas pajak’. Pajak dihitung berdasarkan pendapatan dan pengeluaran total dalam satu keluarga. Bila beban pajak terbagi dua dengan partner hidup, menikah atau PACS, akan lebih mudah daripada mereka yang hidup sendiri. Bagi pasangan yang punya anak, pajaknya lebih rendah lagi. Bahkan keluarga yang kurang mampu tetapi mempunyai banyak anak bisa bebas pajak plus mendapat berbagai fasilitas. Kebijakan ini merupakan salah satu bagian dari fraternite, agar semua orang bisa hidup layak.

Sebenarnya masih banyak lagi selipan tentang Prancis dalam buku ini; tentang PACS yang merupakan kependekan dari Le Pacte de Solidarite yang merupakan ikatan yang lebih fleksibel daripada menikah karena jika ingin memutuskan cuma menandatangani surat pembatalan PACS dan tidak perlu ada pengadilan. Ada juga tentang pantai naturis dan Klub Libertin. Tiga poin ini lebih seru penjabarannya dengan membaca langsung isi bukunya ;)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Masak itu tidak susah. Belajar sebentar juga bisa. Di awal kurang enak, tidak apa-apa, tapi lama-lama pasti enak juga. (hlm. 27)
  2. Beban hidup juga takkan ringan bila kita hadapi dengan muram. (hlm. 33)
  3. Sabarlah, tidak semua hal bisa kamu selesaikan sendiri. Untuk hal-hal di luar jangkauanmu, kamu harus belajar sabar dan merelakannya. (hlm. 151)
  4. Hidup cuma sekali, jadi harus dinikmati. (hlm. 157)
  5. Hari pernikahan merupakan hari kita mulai menyerahkan diri sepenuhnya pada orang yang kita pilih. Di hari itu, kita tidak lagi sendirian, mulai menjadi satu paket dengan pasangan kita. Kita berharap akan bersama selamanya dengan pasangan kita. (hlm. 195)
  6. Cinta itu juga urusan hati. (hlm. 252)
  7. Keluarga memang bagian dari latar belakang yang ikut membentuk kepribadian kita, tapi sebetulnya tidak semudah itu juga. (hlm. 252)
  8. Kebebasan itu justru hal mutlak dalam pernikahan. Kamu harus memberi ruang gerak bagi pasangannya. Tentu, harus disertai tanggung jawab dan kesetiaan. Dan itu semua datangnya datang dari cinta, saling memberi dan saling menerima, yang kita jaga dan komunikasi. (hlm. 271)

Ada juga beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Lamaran itu kan sekali seumur hidup. Harus kreatif dong. (hlm. 39)
  2. Pikun kok dipiara. (hlm. 47)
  3. Kalau memang sudah tidak ada kecocokan, kenapa harus dipaksakan? (hlm. 251)
  4. Membaca pikiran wanita semudah mengedipkan mata. Tapi nyatanya tidak. (hlm. 256)
  5. Pernikahan itu butuh usaha dari kedua pihak. Harus saling terbuka. Jujur. Masalah akan selalu ada. Jangan lari! (hlm. 269)

Ada beberapa sifat Ajeng yang mirip dengan saya. Pertama; pelupa, jadi kemana-mana harus membawa blocknotes untuk mencatat hal yang penting sampai yang remeh temeh sekalipun. Kedua, ceroboh yang merupakan pasangan dari sifat pelupa. Kalau Ajeng pernah lupa meletakkan di mana kunci apartemen Yves, saya sering mengantongi kunci toilet sekolah sampe ke bawa pulang x)) Dan ketiga, Ajeng buta soal masak memasak. Hal ini mengingatkan diri sendiri yang nggak pernah beres soal masak. Bahkan beberapa hari yang lalu, pagi-pagi masak ati ampela, buru-buru berangkat sekolah karena hari senin ada upacara, ditinggal mandi yang kayaknya cuma sebentar, giliran pas beres mandi, itu masakan di wajan hampir gosong. Alhasil seisi rumah sarapan ati ampela yang hampir gosong itu, gyahahaha… x))

Selain tentang kentalnya selipan kehidupan di Prancis, lewat tokoh Ajeng kita juga bisa melihat bahwa rasa trauma dalam lingkunga keluarga amat mempengaruhi perkembangan anak ketika dewasa nanti. Tokoh paling favorit jatuh pada Bapak, sangat mengerti Ajeng. Bapak memang bukan orangtua yang sempurna, tapi Bapak memahami Ajeng baik suka maupun duka :’)


Kisah Plue dan Teman-temannya

$
0
0
RAVE, Plues Dog Diaries 03

Gara-gara lihat sampulnya yang lucu seperti tokoh Olaf  di Frozen, saya langsung membeli komik berjudul Rave Plues Dog Diaries ini. Sampai di rumah saya menyesal banget. Ampun deh ceritanya kacak kadut. Absurd parah. Sampai saya tidak mengerti maksud ceritanya.Hanya bisa bengong membacanya.

Sampulnya memang lucu saya jadi penasaran akan isinya. Sayangnya bukunya diplastikin dan tidak ada buku contohnya yang sudah dalam keadaan terbuka.

Ceritanya tentang kehidupan Plue dan kawan-kawannya di desa Ringo. Ada Kertas, kawan baik dan majikan Plue. Ada Roji, seekor ulat bulu yang sering berbuat onar di desa Ringo, suka berniat memasukkan Plue dalam botol dan ingin merobek Kertas.

Roji punya kucing piaraan yang bandel bernama Tamiko. Ada pula Nyonya Obababa, seorang hantu gentayangan yang memperbudak penduduk desa Ringo, juga ayah Roji yang menjadi kepal sekolah dan suka berkata 'muscle'. Oh iya Plue sendiri adalah anjing yang wajah dan perawakannya aneh.

Selain keenam karakter utama tersebut, ada karakter pendukung yang tak kalah membuat bingung. Ada pertapa makanan yang jorok, Malaikat yang suka memberi nasihat, kucing Happy yang tersesat dan masih banyak lagi.

Saya biasanya tak masalah dengan cerita, film, atau musik yang bernada absurd. Tapi untuk buku ini saya menyerah. Terlalu rumit karena saking absurdnya untuk dipahami. Ada sih gambarnya yang normal, dan itu mungkin bagian yang terbaik dalam buku ini.

Plue

Blood Moon

$
0
0
Blood Moon (Paperback)

Zack dan Noah bersahabat sejak mereka berumur lima tahun. Pertemuan mereka berawal saat Zack dan keluarganya berlibur di Harper Lake selama musim panas. Setelah melewati musim panas dari tahun ke tahun, Zack menyadari ia memiliki "perasaan" yang lebih dari sekadar sahabat pada Noah. Sampai musim panas saat mereka berusia tujuh belas tahun, Zack menyatakan perasaannya pada Noah dengan menciumnya.

Setelah kejadian itu, Noah mulai menjauh dari Zack dan memutuskan persahabatan mereka. Meninggalkan Zack yang patah hati. Setahun kemudian, Zack dan keluarganya berlibur kembali ke Harper Lake. Kini Zack tidak menyukai Harper Lake karena mengingatkan padanya tentang Noah.

Namun tiba-tiba saja Noah muncul kembali. Yang membuat Zack lebih bahagia ternyata Noah juga penyimpan perasaan yang sama padanya. Zack senang karena sahabatnya kembali dan mereka bisa bersama-sama lagi sepanjang musim panas.

Tetapi Zack menyadari ada yang aneh pada Noah. Bermula saat Noah bercerita mengenai keputusannya meninggakan Zack musim panas tahun lalu saat Zack menciumnya. Ia beralasan tindakannya itu untuk melindungi Zack, orang yang disayanginya. Zack tidak lantas percaya begitu saja. Ia yakin ada rahasia besar lainnya yang disembunyikan Noah.

Apakah rahasia besar yang disembunyikan Noah? Dan kenapa ia begitu bertekad melindungi Zack? Bacaan yang direkomendasikan dengan skor 5/5.

A Week Long Journey

$
0
0
Young Adult : A Week Long Journey

Mimpi itu tentang perjuangan, cerita dan cinta. Manusia memiliki mimpi yang beragam. Hanya orang yang tegar yang akan mendapatkan mimpi, idealisme, dan keteguhannya. Ada yang bilang idealisme sering terbentur dengan realitas. Idealisme tidak mungkin terwujud kalau realitas tidak mendukung. Karena itulah dunia memerlukan orang-orang yang bisa menyatukan idealisme dan realita. Ketika dua hal yang tampaknya berbeda itu menyatu, kita bisa menyebutnya mimpi yang menjadi kenyataan. (hlm.249)

 

Adalah Lina Budiawan yang baru saja lulus SMA. Sama seperti kebanyakan remaja lainnya yang baru saja melepas masa putih abu-abu, Lina diliputi kegalauan luar biasa dalam menentukan jurusan yang akan dipilihnya kelak. Seharusnya dia tidak perlu cemas karena diterima melalui SNMPTN alias jalur undangan, dengan kata lain gadis itu termasuk murid pintar di sekolahnya, harusnya ia bangga dengan prestasinya.

Lina juga tak perlu capek-capek menyiapkan ujian SBMPTN dan bisa libur lebih awal daripada siswa lainnya yang tidak lolos SNMPTN. Padahal ribuan siswa lainnya setiap hari berdoa supaya lolos SNMPTN seperti dirinya. Tapi kenyatannya hal itu tidak membuatnya gembira.

“Ling-Ling nggak milih jurusan itu, Ma! Itu jurusan Papa dan Mama ambil. Itu mimpi Papa dan Mama! Bukan mimpi Ling-Ling! Ling-Ling nggak mau daftar ulang. Ling-ling mau ikut SBMPTN. Ling-ling mau kuliah yang menjadi pilihan hati Ling-ling!” (hlm. 19)

Ling-Ling yang bercita-cita ingin menjadi penulis, merasa hatinya tidak cocok dengan jurusan Peternakan yang harus diambilnya ini. Terlebih lagi dia sudah diterima di jurusan itu, jurusan yang diharapkan kedua orangtuanya, agar dia kelak bisa meneruskan usaha mereka.

Ketika diliputi rasa galau ini, Lina berkesempatan liburan ke Hongkong selama seminggu. Dia menggantikan jatah papanya liburan, jadi ketika liburan ini, Lina akan banyak bertemu dengan relasi papa dalam hal peternakan. Akankah Lina menikmati liburannya?!?

Banyak kalimat favorit dalam buku ini:

  1. Inspirasi kan bisa datang dari mana saja. (hlm. 30)
  2. Tuhan memang adil. (hlm. 72)
  3. Dengan melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain pun, kamu bisa terlatih untuk peka. Karena banyak yang kita lewatkan kalau kita cuma memandang sesuatu dari sudut saja. (hlm. 93)
  4. Pengalaman memang guru yang berharga. (hlm. 111)
  5. Sejahtera punya definisi yang berbeda untuk setiap orang. (hlm. 130)
  6. Namanya juga usaha. Pasti ada pasang surutnya. (hlm. 147)
  7. Pasang-surut usaha memang udah biasa. Apalagi cobaan, pasti dateng silih berganti. (hlm. 148)
  8. Rejeki nggak akan tertukar. (hlm. 148)
  9. Nggak ada salahnya kamu berbagi sama seseorang, siapa tahu dia bisa bantu kamu membuat khawatir orang-orang terdekatmu. (hlm. 155)
  10. Semua orang pasti nggak selalu bisa mendapatkan apa yang mereka mau. (hlm. 167)
  11. Bercita-citalah setinggi langit, seidealisme mungkin, terus buat jadi realitas.wujudkan mimpimu! Nggak ada orang besar yang mikir realistis, semua berpegah teguh sama idealisme mereka. Pada prosesnya memang nggak gampang, nggak instan, tapi Tuhan nggak mungkin tinggal diam lihat hamba-Nya berusaa. Hasil yang hebat itu memang butuh waktu. (hlm. 167)
  12. Kalau mau jadi orang hebat itu memang susah, nggak semudah membalikkan tangan, tapi ya nggak sesulit memindahkan gunung. (hlm. 169)
  13. Tiap orang memang berhak memilih hidupnya. (hlm. 204)
  14. Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin. (hlm. 205)
  15. Kejar keinginanmu sampai dapat! Bercita-citalah setinggi-tingginya! (hlm. 236)
  16. Follow your dream, they will find their way. (hlm. 255)

Banyak juga selipan sindiran halus dalam buku ini:

  1. Buat apa selamanya hidup dalam kebohongan? Menjalani hidup tidak dari hati itu pasti teramat menyiksa. (hlm. 20)
  2. Untuk apa menjadi orang lain? Bagaimana bisa bahagia kalau hidup tidak menjadi diri sendiri? (hlm. 20)
  3. Lupakan pikiran-pikiran yang berat. (hlm. 25)
  4. Sekolah yang tinggi dulu baru kamu mikirin jodoh. (hlm. 28)
  5. Nggak mungkin ada orang yang disenangi semua orang. Pasti ada aja yang nggak suka. Yang penting kita jangan mau dicap jelek kalau memang kita benar. Buktikan sama mereka kalau kita nggak kayak yang mereka pikir. Kalau tetap salah terus, itu artinya mereka yang sirik sama kita. Biarin aja. Yang penting kita selalu ingin menjadi lebih baik. Jangan hiraukan mereka. Mereka belum benar-benar mengenalmu. (hlm. 67)
  6. Bilang-bilang dong kalau mau ambil foto. (hlm. 90)
  7. Nggak ada cewek yang suka dibohongi. (hlm. 122)
  8. Kadang mau jadi idealis tapi kepentok sama realitas, ya. (hlm. 167)
  9. Masak mau gila gara-gara nggak tercapai mimpinya? Masak kamu selemah itu? (hlm. 168)
  10. Demi orang-orang yang sudah berjuang demi kamu, kamu nggak bisa nyera gitu aja. Nggak bisa kamu tiba-tiba berhenti jadi pecundang. (hlm. 168)
  11. Kenapa semua laki-laki di dunia ini nggak ada yang bisa lepas dari kebohongan? (hlm. 230)
  12. Meratapi nasib hanyalah membuang-buang waktu. (hlm. 233)

Membaca kisah Lina dalam buku ini seperti membaca kehidupan sendiri. Dulu jaman sekolah, orangtua punya usaha peternakan, dan pernah berjaya di masanya, bahkan pernah masuk TV lokal loh. Sebelum adanya wabah flu burung, usaha ini perlahan berhenti dan mulai beralih ke usaha perikanan, khususnya gurame dan lele. Bedanya, jika Lina harus kuliah di jurusan yang orangtuanya inginkan untuk meneruskan usaha orangtuanya itu, orangtua saya tidak pernah memaksakan kehendaknya untuk mengikuti atau meneruskan usaha mereka. Bahkan saya dan adik-adik malah kuliah jurusan anti-mainstream kebanyakan orang; saya kuliah jurusan Ilmu Perpustakaan, dan salah satu adik ada yang kuliah di Jurusan Penjasorkes, karena hobinya memang olahraga x))

Saya juga sering banget menemukan siswa yang baru lulus dipaksa kuliah yang bukan minat atau bidang yang diinginkan. Ada yang diterima jurusan Kehutanan karena dia suka banget ama alam, malah disuruh bapaknya kuliah Kesehatan Masyarakat. Ada yang pengen banget masuk Sastra Jepang, nggak boleh ama orangtua karena jurusan sastra dianggap masa depannya suram dan dipaksa masuk jurusan Kedokteran Gigi. Ada yang udah keterima jalur SNMPTN maupun SBMPTN sekaligus, karena jurusannya semua yang dipilih pendidikan, sama orangtuanya nggak boleh diambil, suruh daftar kuliah Keperawatan. Pukpuk… :’)

Orangtua memang kerap menganggap lebih tahu masa depan anaknya tanpa memikirkan minat sang anak. Ada anak yang menerimanya dengan ikhlas karena takut kualat ama orangtua, ada juga yang ujungnya malah malas-malasan menjalani jurusan pilihan orangtuanya. Kalau yang tipikal begini, udah minatnya gak berkembang, nyenengin orangtua pun gagal.

Memang banyak pertimbangan mengapa orangtua terkadang tak sejalan dengan keinginan sang anak. Lewat buku ini kita bisa melihat lewat perjalanan yang akan ditempuh Lina selama di Hong Kong akan menguak kehidupan keluarga Lina.

Selain tentang passion, buku ini juga banyak menyelipkan budaya Tionghoa di Indonesia. Banyak selipan sejarah yang akan memperkaya pengetahuan kita terutama tentang sejarah Indonesia di era orde baru.

recomended book

$
0
0
 Simple Thinking About Blood Type

Great book to explain everybody character based on their blood type in funny way.

it's full color book and really entertain.

love this book!! you can read it all alone or share it with your friend during lunch break :)

Nasib Berubah dari Kebiasaan Berulang

$
0
0
Law Of Repetition - Satu-Satunya Cara Mencapai Yang Mustahil Dicapai

Sesuatu yang dirasa muskil bisa terwujud apabila seseorang memahami visi dirinya dan mengubah kebiasaannya. Hal ini diuraikan dengan jelas oleh Haikal Hasan dalam bukunya bertajuk Law of Repetition.

Sejak buku karya Rhonda Bryne, The Secret, melejit, banyak orang penasaran akan buku-buku lainnya yang mengusung tema sama. Dalam buku lokal, sebenarnya tema yang mirip ada pada Mestakung atau Semesta Mendukung karya Yohannes Surya.

Pada intinya dalam buku ini yang harus dilakukan orang untuk mengubah nasibnya ataupun mencapai cita-cita harus menentukan visi atau bermimpi dulu. Mimpi itu dibayangkan dengan detail sehingga terpatri dalam bawah sadar seseorang.

Bayangan itu harus kuat sehingga seseorang akan termotivasi untuk mencapai mimpi tersebut, seperti mengubah penampilan menjadi lebih profesional atau sesuai dengan mimpinya. Melakukan tutur bicara yang nampak lebih anggun dan terpelajar. Selanjutnya mengubah kebiasaan.

Hasan menyebutkan pikiran bisa mempengaruhi perkataan dan tindakan seseorang. Jika seseorang berpikir positif maka perkataan dan tindakannya bisa positif. Jika dilakukan berulang maka akan muncul kebiasaan yang baik.

Masih banyak hal-hal menarik lainnya yang diulas dalam buku ini. Tapi sayangnya menurut saya buku ini agak terlalu narsis. Banyak sekali foto-foto penulisnya dan puji-pujian untuk dirinya yang agak berlebihan. Dari segi isi, menurut saya penjabarannya masih terlalu umum, dan contoh-contohnya lebih cocok bagi pembaca yang bekerja di bidang pemasaran. Saya membacanya hanya setengah jam karena banyak lembaran halaman di-skip karena memuat foto-foto penulisnya. Hal yang berlebihan dan tidak penting.

Meski demikian idenya tetap menarik dan patut diapresiasi.

Viewing all 742 articles
Browse latest View live